BANDUNG – Energik, santun dan cerdas. Itulah tiga potret yang mencolok dan melakat pada H. Hoerul Umam. Meski usia boleh dibilang baru kepala tiga namun, ide, gagasan yang ditelurkannya senantiasa menjadi solving problem bagi dunia organisasi keagamaan, kemasyarakatan, dan dunia pendidikan yang sudah lama digeluti serta melekat pada dirinya. “Pendidikan, merupakan aset utama dalam menata dan menjalani kehidupan,” ucapanya mengawali pembincangan santai dengan poskota.co.
Dengan raut muka yang sumringah, sesekali pria tulen asli Garut (Asgar) ini menceritakan sepak terjang dirinya saat menjadi pria pemburu ilmu. Selepas menyelesaikan pendidikan di pesantren alias nyantren, ia nekat terbang ke Jakarta untuk memburu ilmu. Dengan modal kejujuran, ketekuman dan mau bekerja keras dari wilayah Jakarta pun ia berhasil menyapi dua gelar (S1 dan S2) yang sudah lama diidam-idamkannya. Masih belum puas, selepas menghirup udara Ibukota bertahun-tahun, pria yang lahir pada 1986 di Bungbulang, Garut Selatan kembali memburu ilmu di Tatar Pasundan, tepatnya di Kota Bandung. Akihirnya, 2021 Hoerul Umam pun meraih gelar doktor dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Kerja keras Hoerul Umam untuk meraih pundi-pundi gelar akademik tergolong cukup luar biasa. Pasalnya, pria yang senantiasa super sibuk oleh aktivitas organisasi keagamaan, baik di level daerah maupun pusat ini masih memiliki kemampuan untuk menyisihkan waktunya demi menuntut ilmu. “Menuntut atau mencari ilmu sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Bagi siapa saja yang mencari ilmu Allah akan meningkatkan derajat kehidupannya,” kilah pria 37 tahun ini sedikit berdakwah.
Bagi Hoerul, ilmu adalah segalanya. Segala sesuatu dalam kehidupan manusia tentu saja dapat dipercahkan berdasarkan ilmu. Untuk itu, Hoerul meyakini berinvestasi ilmu merupakan langkah yang tepat, strategis lantaran ilmu tak akan mengalami fluktuasi apalagi inflasi. “Terpenting lagi, ilmu tak berat dibawa-bawa beda dengan investasi harta benda. Investasi ilmu cukup disimpan di otak,” ujarnya sambil tertawa lebar.
Kiprah Hoerul dalam mendalami dunia pendidikan sudah tak bisa diragukan lagi. Bahkan, pemikiran-pemikaran cemerlang pria ini, dalam organiasi pendidikan senantiasa dapat menjadi penangkal dahaga sekaligus menjadi obat penyebuh penyumbatan ide dalam konteks pendidikan. Berpijak dari realitas itulah, Hoerul yang kini memasuki usia 37 tahun akhirnya didaulat untuk menduduki kursi jabatan Dekan di lingkungan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Nusantara Bandung dan sekaligus menjadi dekan termuda di Kota Bandung. “Jabatan itu amanah. Saya harus menjalaninya secara profesional dan selalu berupaya untuk tidak mencenderai kepercayaan yang diberikan,”imbuh pria yang lahir pada 1986 di Kota Dodol Garut.
Menjadi seorang nakhoda Fakultas, bukanlah pekerjaan yang enteng. Terlebih Fakultas Agama Islam Universitas Islam Nusantara kini tengah menjadi buruan kaum milenial khususnya di Wilayah Jawa Barat untuk medapatkan kursi kuliah di bidang pendidikan Agama Islam. Potret ini menurut Hoerul, dapat dilihat dari statistik jumlah mahasiswa yang setiap tahunnya terus merangkak naik hingga 2023 mencapai 1000 mahasiswa yang berkuliah di empat program studi yakni Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah/PGMI, Komunikasi dan Penyiaran Islam /KPI, dan Perbankan Syariah/Perbankan Syariah. “Fakultas Agama Islam membuka Program Magister dan doktor Pendidikan Agama Islam,” tuturnya.
Sebagai orang nomor wahid di lingkungan Fakultas Agama Islam, Hoerul harus berpikir dan bekerja profesional agar fakultas yang dinakhodainya berjalan mulus hingga tujuan. Berbagai langkah dan terobosan terus dilakukan demi menggapai fakultas pendidikan yang rahmatan lilalamin. Prioritas utama dalam mencetak kualitas lulusan dari Fakultas Agama Islam Uninus, demikian Hoerul, mengaplikaksikan secara serius dan radikal mengenai peraturan menteri pendidikan dan riset teknologi mengenai program kampus merdeka, dan merdeka belajar.
Kampus merdeka, lanjutnya, merupakan sebuah terobosan dalam mendongkrak komptensi mahasiswa sesuai program studi yang diminatinya. Ada beberapa program besutan fakultas yang kini tengah dijalaninya seperti mencetak mahasiswa pada dunia kewirausahaan, public speaking, broadcasting, kejurnalistikan, dan mencetak guru handal. Untuk mencapai output dari kampus merdeka dan merdeka belajar, demikian Hoerul melakukan kerjasama dengan berbagai pihak yang tentunya saling menguntungkan. “Ada tiga aspek prioritas dalam kerjasama yakni memberikan manfaat bagi program studi dalam pemenuhan proses pembelajaran, penelitian. Memberikan peningkatan kinerja tridharma dan fasilitas pendukung program studi, dan memberikan kepuasan kepada mitra industri dan mitra kerjasama serta menjamin keberlanjutan kerjasama dan hasilnya, terang dia.
Karenanya, ia mengingatkan pada teman sejawat, dan para dosen untuk bekerja profesional dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada mahasiswa sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga, mahasiswa akan termotivasi dan sekaligus paham tentang kehidupan di masa mendatang. Dengan cara seperti ini, fakultas yang ia tukangi ini akan mampu meminimalisasi lulusan yang kebingungan mencari lapangan kerja. “Kampus merdeka dan merdeka belajar insya Allah mampu memerdekakan profil lulusan dalam menata masa depan”, pungkas Sang dekan termuda ini. (Dono Darsono)
Komentar