oleh

Ingat!!! Covid Belum Kelar, Pemprov dan Warga DKI Harus Cegah Kerumunan

POSKOTA.CO – Kasus positif Covid-19 di Tanah Air kembali mengalami kenaikan di angka 5.444, Jumat (13/11/2020). Sehingga, total kasus terkonfirmasi saat ini tembus 457.735. Namun, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diminta tidak lengah, terus awasi kegiatan ekonomi dan potensi kerumuman.

Pakar epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman berharap, aparat Pemprov DKI dan warga tidak mengabaikan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun secara rutin di air mengalir.

“Terutama menjaga jarak dan pakai masker. Saya melihat ada potensi penularan virus dari ber­ bagai aksi kerumunan massa di Jakarta,” ungkap Dicky dalam keterangannya, Jumat (13/11/2020).

Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta dan warga jangan menganggap pandemi Covid­19 sudah berlalu. Pandemi belum selesai. Jangan kasih kelonggaran terhadap penyebaran virus mematikan itu.

Pandemi ini, menurut Dicky, diawali dari satu dua orang terpapar, kemudian menularkan kepuluhan juta orang sedunia. Sebab itu, jika terpaksa keluar rumah dan berkegiatan, pastikan pakai masker dan jaga jarak.

“Cukup yang nggak pakai masker satu dua orang sudah bisa membuat satu wilayah yang tadinya terkendali, kasus terus menurun, menjadi buruk lagi,” ingatnya.

Dicky menilai, vaksin dan pengobatan memang penting. Namun, jelas lebih baik mencegah penularan daripada telanjur terinfeksi virus Corona.

Mengenai aturan karantina kesehatan, menurut Dicky, selama 14 hari bagi orang yang baru melakukan perjalanan dari luar negeri seharusnya isolasi mandiri. Ini berlaku untuk semua.

“Tidak ada pengecualian walaupun yang bersangkutan membawa hasil test PCR (Polymerase Chain Reaction) negatif,” tegasnya.

Dicky menyinggung hasil tes PCR yang dimiliki pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab saat melakukan pemeriksaan di Arab Saudi. Dia bilang hasil itu hanya sementara.

Sebab, masih berpotensi terpapar di perjalanan pulang. Terlebih saat diarak oleh pendukungnya dari Bandara Soekarno­Hatta hingga ke Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

“Ini menunjukkan begitu pentingnya kebijakan karantina selama 14 hari sejak kedatangan dari luar negeri, itu kewajiban moral setiap penduduk,” jelas Dicky.

Kemarin, ribuan jemaah menyambut kedatangan Rizieq Shihab di Puncak, Bogor, untuk menghadiri sebuah acara. Meski banyak yang memakai masker, tapi ada yang hanya menaruhnya di dagu. Selain itu, kerumunan dan pengabaian jaga jarak pun tak terhindarkan.

Tak Beri Contoh
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah mengatakan, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan tidak memberi teladan yang baik karena mengunjungi Rizieq Shihab yang baru pulang dari luar negeri.

“Semestinya seorang yang baru dari luar negeri, sesuai protokol Kementerian Kesehatan, dia ha­rus dikarantina 14 hari dan belum boleh ditemui,” jelas Trubus.

Dia mengingatkan, penegakan protokol kesehatan tidak hanya ditentukan denda atau sanksi yang besar, tapi juga keteladanan dari para pemimpin. Ketemu tidak harus secara fisik, bisa saja video conference atau telepon.

“Saya khawatir ini jadi contoh buruk. Warga nanti tak peduli lagi bahaya Covid­19 karena contoh dari pemimpinnya. Warga disuruh ketat, tapi pemimpin tak beri teladan,” kata Trubus dalam keterangannya, Jumat (13/11/2020).

Anies menemui Rizieq, Rabu (11/11/2020). Kunjungan dilakukan malam sekembalinya Rizieq dari Arab Saudi. Anies, Rizieq dan tokoh FPI lainnya memang memakai masker, tapi duduknya berdekatan.

Camat Tanah Abang Yassin Pasaribu memastikan, kediaman Rizieq telah menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid­19. Sebelum masuk ke kediaman, tamu diwajibkan mencuci tangan dan diperiksa suhu tubuhnya. Fasilitas cuci tangan dan petugas pengukur suhu juga bertebaran.

Dia dan jajarannya juga turun ke Petamburan dan menyosialisasikan pengawasan protokol kesehatan.

“Kami berharap warga yang datang bersilaturahmi, mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid­19,” jelasnya.

Tunda Reuni Akbar
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta menyarankan agar Reuni Akbar 212 digelar setelah pandemi berlalu. Sebaiknya, peringatan 212 di tengah pandemi dialihkan dengan membuat kegiatan sosial.

“Ketimbang reuni akbar yang bisa dihadiri banyak orang di tengah pandemi. Ini juga untuk menjaga nama baik 212,” ujar anggota DPRD DKI Jakarta Mujiyono.

Politisi Partai Demokrat ini menilai, meski aksi PA 212 selama ini diketahui berjalan damai dan tertib, jangan sampai ternodai dengan aksi di tengah pandemi. Apalagi jika muncul klaster baru.

“Akan sangat baik, dana aksi untuk membantu pedagang kecil, UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Ini aksi yang simpatik. Saya tidak melarang aksi massa, tapi lebih baik ditunda,” sarannya.

Sebelumnya, Persaudaraan Alumni (PA) 212 masih menunggu izin penggunaan kawasan untuk reuni 212 dari Pemprov DKI Jakarta. PA 212 mengatakan, teknis pelaksanaan reuni sedang dibahas oleh panitia.

“Kita sudah kirim ke Monas (Monumen Nasional) dan Pemda (Pemerintah Daerah) DKI dari 3 bulan lalu. Kita punya tanda terimanya, kita tinggal tunggu jawaban Pemda DKI,” kata Ketua Umum PA 212 Slamet Ma’arif.

Pihaknya akan tetap melaksanakan reuni PA 212 pada 2 Desember mendatang. Hanya saja, teknis pelaksanaan masih dibahas lantaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di DKI masih berlaku.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menegaskan, Monas hingga kini belum dibuka. Monas masih ditutup lantaran PSBB transisi tengah berjalan.

“Sampai hari ini belum diperkenankan dibuka. Semua boleh mengajukan permohonan izin, tapi sesuai ketentuan sampai hari ini belum,” tegas Riza.

Tunggu Sepekan
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid­19 Wiku Adisasmito masih menunggu perkembangan kasus di Jakarta sampai pekan mendatang.

“Jika dalam minggu­minggu ke depannya kasus terkonfirmasi positif tidak sebanyak sebelum libur panjang, itu tandanya masyarakat sudah mulai beradaptasi menghadapi pandemi. Pembelajaran tersebut sudah menuai hasil,” ujar Wiku.

Pihaknya terus mendorong warga menjalankan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas.
“Perlu hati-hati. Terus dievaluasi keadaannya di lapangan. Ja­ngan sampai kita terlena dan lengah,” ingatnya. (ale)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *