POSKOTA.CO – Dimasa pandemi covid-19 jamu dirasakan sangat bermanfaat untuk untuk kesehatan dan kebugaran tubuh.
Sebagai ramuan rempah tradisional, jamu secara turun temurun dipercaya oleh Bangsa Indonesia sebagai ramuan untuk kesehatan. Istilah jamu berasal dari bahasa jawa kuno, yaitu “jampi” yang berarti mantra/doa, dan “oesodo” yang berarti kesehatan.
Citra jamu kerap kali dikaitkan dengan kesan jadul, sehingga kalangan muda masih enggan melestarikannya. Namun kini, ada kafe jamu kekinian yang layak dicoba. Bukan saja karena harganya terjangkau, tapi lokasinya juga ideal untuk membuat konten atau, istilahnya, Instagramable.
Namanya Kafe Acaraki. Kafe ini menyajikan minuman tradisional Indonesia dengan teknik penyajian layaknya kopi. Di sini, jamu dibuat seperti kopi yang diolah di kafe-kafe, mulai dari di-roasting, di-grinding, hingga diseduh dengan teknik membuat kopi.
Agus Darwanto Operational Manager Acaraki mengungkapkan ada 8 teknik penyeduhan jamu di Acaraki. Semuanya adalah teknik yang biasa digunakan untuk membuat kopi manual, yakni moka pot, V60, french press, cold drip, sifon, rockpresso, flareso, dan aero press.
Keunikan penyajian jamu di kafe Acaraki yang berlokasi di Gedung Kertaniaga di Museum Fatahillah kawasan Kota Tua, Jakarta Barat menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak diserbu vlogger.
Meski diolah secara modern, Acaraki tidak menghilangkan komposisi dan khasiat asli bahan-bahan jamu yang dihidangkan.
Agus mengatakan meracik, meramu minuman jamu diyakini telah menjadi tradisi sejak ribuan tahun silam, dan sudah membudaya. Pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti Madhawapura pada jaman Majapahit yang menyebut adanya profesi ‘tukang meracik jamu’ yang disebut Acaraki.
Acaraki kata berasal dari bahasa sanskerta ACARAKI – ACRAKI – CRAKI – CRAKEN; craki penjual bahan jamu, pedagang bahan obat. crakèn : bahan jamu, bahan obat-obatan. Secara linguistic acaraki adalah orang meramu atau meracik bahan-bahan dari alam untuk dijadikan jamu atau ramuan obat.
Bahan-bahan jamu diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi Nusantara, baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu. Resep tersebut dimanfaatkan para leluhur untuk perawatan kesehatan hingga kecantikan. Serta ada bukti artefak pada relief dinding candi Borobudur sekitar abad 800 – 900 yang menggambarkan adanya kegiatan meramu, meracik, membuat jamu atau ramuan obat.
“Tagline kami adalah ‘The Art of Jamu’, di mana kita lebih fokus untuk meng-eksplorasi sisi seni, kultur dan budaya dari jamu. Karena kami tidak mempunyai pengalaman kedokteran maupun apoteker, makanya kami tidak menjual ‘khasiat’ dari jamu. Yang kami jual adalah integritas dari bahan jamu yang kami pakai untuk membuat menu jamu kami; di mana konsumen dapat secara langsung menyaksikan pembuatan jamu yang mereka pesan, menggunakan bahan-bahan yang kami kurasi dengan cermat sejak dari tangan petani,” tutur Agus Darwanto.
Agus mengajak semua pihak untuk menjadikan jamu sebagai bagian dari gaya hidup sehat. #JamuNewWave
Kedai Jamu Acaraki didirikan dan mulai ber-operasi pada Juli 2018 di Kota Tua, Jakarta Utara. Outlet kedua kami Acaraki Table hadir di Jl Kemang Raya No 122, Jakarta Selatan.
Di Acaraki Table, kami menyediakan makanan ringan dan berat dengan memanfaatkan berbagai rempah-rempah khas Indonesia untuk mendampingi menu jamu kami.
Pengalaman jamu yang disajikan oleh Acaraki dapat juga dinikmati oleh pelanggan di rumah dengan membeli produk jamu serbuk dalam kemasan dengan merek dagang Acaraki.
Acaraki berupaya untuk menyajikan jamu dari sudut pandang yang berbeda. Dari sisi rasa, cara membuat dengan berbagai Teknik penyeduhan (V60, ROKPRESSO, FRENCH PRESS, AEROPRESS, DLL) dan penyajian yang menarik.
Selain cara penyajian yang berbeda, menu acaraki terdiri dalam dua varian : varian tradisonal (bersa kencur, kunyit asam) dan kedua varian kekinian (saranti, golden sparkling, jaman batu, berkesan, rigalize, dutch jamu, bereskrim, vanilla twilight, kuteja dan the challenger).
Dibalik semua Ide penyajian dan menu varian, Jony Yuwono dibalik kesuksesan acaraki, kecintaan Jony terhadap alam telah membuatnya menjelajahi berbagai situs alam di dunia.
Dengan antusiasme yang baru ditemukan dalam kopi ia saat ini mengeksplorasi kemungkinan bagi jamu untuk meniru keberhasilan adopsi budaya kopi di masyarakat saat ini. Sehingga terbentuklah VISI acaraki yaitu Menjadikan Jamu sebagai minuman bertaraf Internasional, dan MISI acaraki yaitu Memperkenalkan Jamu sebagai minuman yang enak dan dapat dijadikan sebagai gaya hidup kepada masyarakat luas.
Seiring dengan inovasi yang acaraki buat, kami mendapat 2 rekor MURI, diantaranya “JAMU PERTAMA DENGAN BERBAGAI MACAM TEKNIK PENYEDUHAN” & “KEDAI JAMU YANG MENYAJIKAN TEKNIK PENYEDUHAN TERBANYAK”
Acaraki berusaha membuktikan bahwa minuman tradisional bisa menjadi lebih modern dan diterima banyak orang. Perlahan tapi pasti, jamu dipersiapkan untuk kembali menjadi minuman ikonis Indonesia dan anak muda pun bangga menyesap produk jamu yang kekinian. (d)
Komentar