oleh

CINTA ADALAH BAKTI BUKAN MEMILIKI – bagian ke-1

Maha Guru Mr. Ching Hai
Maha Guru Mr. Ching Hai

POSKOTA.CO – Tersebutlah seorang laki-laki bernama, saya kira Krishna. Dia punya banyak murid, terutama murid perempuan. Dia sangat, sangat tampan, dan hitam – hitam dan tampan. Wajahnya agak hitam, maka orang menyebutnya si hitam tampan. Dan siapa saja yang melihatnya sekali saja, jatuh cinta kepadanya – laki-laki maupun perempuan.

Namun, jangan berpikir bahwa itu semacam daya tarik fisik; itu adalah semacam cinta spiritual. Setiap orang yang melihatnya, akan mencintainya begitu saja. Karena itu, dia punya banyak murid dan banyak murid laki-laki. Tentu saja, para perempuan lain, mereka tidak melupakan kecemburuan mereka. Meski mengikuti guru manapun, mereka tetap menyimpan kecemburuan mereka.

Karena itu, kadang mereka saling berlomba untuk mendapatkan perhatian khusus darinya. Namun, di antara semua murid perempuan ini, dia terutama mencintai seorang perempuan bernama Rada. Tentu saja Rada sangat cantik, tapi dia juga punya banyak sifat lain yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Tidak hanya kaum perempuan, maksud saya juga termasuk kaum laki-laki. Mungkin Rada sangat pengasih, sangat perhatian, dan mengetahui pikiran Krishna sebelum dia bahkan berbicara tentang itu.

Karena itu, dia sangat mencintai Rada. Dan Rada mengurusnya setiap hari. Rada juga sangat mencintainya. Setiap orang mencintainya, tentunya, namun mereka berdua punya hubungan yang istimewa. Ya, ya. Sangat mencintai satu sama lain. Mungkin keduanya sangat agung dan mereka
saling mengetahui pikiran lainnya.

Nah, semua perempuan itu, selain mendapatkan pencerahan seketika, mereka memiliki sedikit kecemburuan. Mereka berpikir: “Apa hebatnya Rada. Dia mungkin cantik, tapi aku juga cantik. Guru paling mencintai diriku.” Setiap orang berpikir bahwa guru paling mencintai dirinya. Namun, ketika mereka melihat Krishna selalu menunjukkan perhatian khusus yang sedikit lebih kepada Rada, kecemburuan dalam diri mereka terkadang muncul ke luar

APA HEBATNYA RADA

Dan mereka merasa: “Apa hebatnya Rada? Apa yang dia bisa lakukan, aku juga bisa.” Namun, kadang mereka tidak bisa, karena masing-masing memiliki jalinan jodoh yang berbeda dengan sang guru. Selain itu, mungkin masing-masing punya bakat dan kepribadian yang berbeda.

Kalian tahu bahwa para guru menggunakan berbagai orang dengan berbagai cara. Bukan berarti mereka lebih baik daripada yang lainnya atau yang lainnya lebih baik daripada kita. Namun, sang guru tak mungkin diurus oleh semua orang; sang guru akan tercekik hingga mati. Karena itu, hanya satu orang yang mengurus dia, dan kemudian semua lainnya merasa cemburu.

Suatu hari, Krishna tak tahan lagi terhadap keadaan ini, maka dia bermaksud menunjukkan sesuatu. Dia memanggil seluruh murid perempuan itu. Maka, dia berpura-pura mengalami sakit kepala yang parah. Dia berkata, “Oh, kepalaku…! Oh, seperti terbelah dua! Oh, aku tak tahan! Oh, oh, oh, oh, oh, oh!” Dia sakit kepala, tapi kadang dia lupa, dia memegang perutnya, “Oh, aku sakit!” Karena dia hanya berpura-pura sakit kepala. (Gelak tawa)

Kadang seorang guru berpura-pura mengalami sesuatu, atau mengajukan beberapa pertanyaan agar dapat lebih dekat dengan para muridnya, atau untuk membuat mereka tidak merasa takut kepadanya, atau untuk memberi dorongan bagi bakat atau keahlian khusus mereka. Bukannya para guru tidak mengetahui hal ini atau perlu meminta saran kalian. Ya, berbeda semata.

Karena itu, Buddha Sakyamuni berkata, “Harus menggunakan 84.000 macam cara.” Begitulah. Jadi, salah satu cara itu adalah “cara sakit kepala”. Krishna menggunakannya. “Oh, kepalaku! Oh! Sakit di ini, oh! Sakit sekali!” Maka, semua orang menjadi panik. Mereka menanyakan apakah yang bisa mereka lakukan untuk menghilangkan penderitaannya. Sang guru berkata, “Oh, jika ada yang menginjak kepalaku…” Jika seorang perempuan menaruh kakinya di kepala sang guru, dia akan segera sembuh. “Tolong, bisakah salah satu dari kalian datang dan melakukannya?”

OH…..TIDAK,,,TIDAK

Mereka mencium kaki mereka. “Oh, tidak! Oh, tidak, tidak, tidak, tidak! Oh, tidak, tidak, tidak, tidak!” (Gelak tawa) Mungkin lupa mencuci kaki mereka selama tiga hari karena terlalu sibuk dengan ceramah Guru dan membagikan buku-buku contoh. “Oh, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak!
Bagaimana mungkin kami berani menginjak kepalamu? Engkau adalah perwujudan Tuhan. Engkau adalah penjelmaan Tuhan di Bumi. Engkau adalah Guru kami. Orang yang paling kami hormati, paling kami cintai di Bumi. Bagaimana mungkin kami berani menginjak kepalamu? Tidak, tidak, tidak, tidak! Apa pun akan kami lakukan untukmu, tapi bukan yang itu!”

Maka, Krishna berpura-pura semakin sakit kepala: “Oh! Kalau begitu, aku akan mati. Aku akan mati. Aku akan segera mati. Aku mungkin akan mati besok. Aku akan mati hari ini. Aku akan mati malam ini. Aku akan mati dan kemudian kalian semua akan bahagia.” Dia meratap, dan dia membuat
banyak kehebohan. Ah, dia memainkan sandiwara besar.

Para murid wanita itu hanya erdiri di sana, tak bersuara, tak berdaya, dan tak bertindak apa-apa. Kemudian Rada datang. Ketika Krishna melihat Rada, dia bahkan berpura-pura semakin buruk keadaannya. “Oh, aku segera mati! Aku segera mati! Oh, kepalaku! Oh, bisakah seseorang…! Sakitnya turun ke sini, sakitnya turun ke sana. Oh, pindah ke sini dan ke mana-mana.” Dia membuat lebih banyak kekacauan. Dia seperti banyak mengerang dan membuat suara menyedihkan yang heboh.

Semua orang berpaling ke Rada ketika dia datang. Rada bertanya, “Ada apa? Ada apa denganmu? Apa yang dapat aku lakukan untukmu?” Maka, Krishna menyampaikan permintaan yang sama: “Kepalaku sangat sakit. Injaklah kepalaku supaya aku dapat terbebas dari rasa sakit ini.” Karena
itu adalah satu-satunya cara.

Maka, Rada segera menginjak kepala Krishna. Dia tak peduli apakah dia memakai sepatu atau apakah dia telah mandi, dia menginjak kepala Krishna. Krishna kemudian segera terbebas dari sakitnya, tak sakit lagi, dan tertawa dan makan makanan berkah. Rada terlihat seperti tidak ada terjadi apa-apa, tapi kemudian semua perempuan di sana mulai menatap Rada dengan mata yang menyala-nyala, seakan-akan ingin menelan Rada, membuatnya menjadi sup. “Beraninya engkau! Engkau mengerikan! Engkau tak punya rasa hormat kepada Guru. Kami akan…”

Rada berkata, “Apa? Apa? Ada apa dengan kalian?”

“Kami akan membunuhmu!”

Lalu Rada bertanya kepada mereka, “Apa yang salah? Apa yang telah
kulakukan? Mengapa kalian ingin membunuhku?”

Demi sang guru, mereka siap membunuh. Bahkan guru berkata, “Jangan membunuh.” Namun, dalam hal itu, mereka lupa. Rasa cemburu sangat mengerikan dan itu membutakan semua orang, bahkan dalam situasi itu. Jadi, itulah yang terjadi pada Rada.

Maka, orang-orang itu berkata, “Beraninya engkau menginjak kepala guru yang paling dihormati. Tidak tahukah engkau bahwa dia adalah Tuhan? Mengapa engkau berani melakukan itu dengan kakimu yang kotor? Engkau sangat buruk dan engkau, engkau, engkau… Untuk ini, engkau akan pergi
ke neraka paling bawah dan menderita di sana selamanya. Aku beritahu dirimu.”

Rada hanya tersenyum dan berkata, “Begitukah? Itukah yang kalian khawatirkan? Kalau begitu, jangan khawatir karena aku akan tersenyum gembira tinggal di neraka jika aku dapat membuat dia lebih baik. Jika aku dapat membebaskan dia untuk satu detik, aku akan dengan gembira pergi ke neraka. Jadi, jangan khawatir tentang hal ini.”

TERTINGGI

Pada saat itu, seluruh murid perempuan itu tiba-tiba mengerti betapa tanpa pamrihnya Rada, dan betapa dia sangat berbakti kepada gurunya, bahkan dengan mengorbankan pencapaian rohaninya dan kebahagiaannya sendiri. Maka, mereka semua membungkuk kepadanya dan berkata, “Maafkan aku. Aku menyesal.” Seperti itu. Setelah itu, semuanya oke dan baik-baik saja.

Jadi, melakukan segala hal bagi sang guru – menurut filosofi India, adalah pencapaian tertinggi, bakti tertinggi, karena kadang kita punya berbagai pemikiran tentang bagaimana melayani seorang guru. Kita pikir kita melakukan ini, itu, dan semua ini; tapi sesungguhnya, kita tidak melakukan apa yang sang guru minta.

Apa masalahnya dalam hal ini? Apa salahnya dengan hal ini sehingga kita tidak melakukan apa yang sang guru minta? Apakah kita akan pergi ke neraka? Tidak! Apakah kita akan membuat sang guru marah? Tidak! Mungkin sang guru berpura-pura marah, memarahi kalian, atau seperti itu. Apa pun cara yang guru gunakan untuk membuka pemahaman kalian, membuat kalian tahu bahwa dalam situasi ini di mana kalian salah, berusaha mengajari kalian untuk menjadi lebih baik di lain waktu.

Namun, sang guru takkan benar-benar marah di dalam dirinya. Seperti halnya orangtua yang penuh kasih tak pernah sungguh-sungguh membenci anak-anak mereka. Orangtua kadang hanya berpura-pura memukul pantat mereka, memarahi mereka, atau memberi mereka hukuman agar dapat memperbaiki anak-anak itu sehingga membuat mereka menjadi orang yang lebih baik di kemudian hari. Itu saja. Namun, orangtua selalu mengasihi anak-anak mereka. (bersambung)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *