POSKOTA.CO – Pendidikan tinggi adalah paspor ke masa depan. Jalan tol untuk membangun masyarakat itu dengan cara memperbesar lagi populasi berpendidikan tinggi. Namun, di Indonesia, populasi kaum terpelajar, yakni penduduk dengan pendidikan tinggi, baik lulusan D3, S1 dan di atasnya, masih sangat rendah.
Hal itu disampaikan Pendiri LSI Denny JA, dalam video yang diunggah di akun media sosial resminya, DennyJA_World, Minggu (17/9/2023), seperti dilansir POSKOTA.CO. Video tersebut adalah bagian dari serial Ekspresi Data yang diunggah di Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, serta Youtube Denny JA. Ini adalah serial video yang durasinya hanya tiga menit dan berbasis data riset LSI Denny JA untuk aneka isu yang strategis.
Berdasarkan survei LSI Denny JA, Agustus 2023, populasi Indonesia terbanyak adalah mereka yang pendidikannya paling tinggi setingkat SMP/sederajat, dan SD ke bawah. Total populasi Indonesia yang hanya lulus SMP dan SD sekitar 60 persen.
Sementara, mereka yang sempat menjadi mahasiswa, lulus D3, S1 dan seterusnya, jumlahnya hanya di bawah 10 persen. Mereka inilah yang disebut kaum terpelajar. “Sedikit sekali kaum terpelajar kita. Tepatnya jumlah mereka hanya 7,8 persen,” ungkap Denny JA.
Jumlah kaum terpelajar di Indonesia terpaut cukup jauh dengan negara-negara yang populasi pendidikan tingginya sangat besar. Kanada menjadi negara urutan pertama yang jumlah populasi dengan pendidikan tinggi sebanyak 56,27 persen. Lalu, Jepang dengan 50 persen, Israel 49 persen, dan Korea Selatan 46,8 persen. “Persentase populasi dengan pendidikan tinggi di negara di atas sekitar lima kali lipat dibandingkan Indonesia,” ujarnya.
Denny mengatakan, ada beberapa alasan penting sebuah negara harus memiliki kaum terpelajar sebanyak mungkin. Pertama, kaum terpelajar mendorong pertumbuhan ekonomi. Mereka membawa spirit ilmu pengetahuan, menemukan inovasi, dan menciptakan teknologi yang mempercepat perkembangan ekonomi.
Kedua, kalangan pendidikan tinggi juga memperkuat civil society. Dengan ilmu pengetahuannya, mereka bisa mengorganisir diri dan memperkuat kelompok. “Dalam demokrasi, yang penting bukan hanya pemerintah yang kuat, masyatakat pun juga harus kuat,” sambungnya.
Ketiga, menjadi konektor kebudayaan global. Berbagai peristiwa besar dan nilai-nilai budaya dunia cepat sekali beredar melalui interaksi mereka. Peran kaum terpelajar menjadi vital untuk menumbuhkan sebuah negara dan membuatnya modern. Karena itu, pemerintah harus sengaja dengan berbagai cara menambah persentase kaum terpelajar di Indonesia.
Menurut Denny, pemerintah harus membuat prioritas agar persentase populasi dengan pendidikan tinggi di Indonesia dari di bawah 10 persen bergerak menjadi di atas 10 persen. Sehingga, akhirnya jumlah mereka lebih dari 50 persen populasi Indonesia. (*/rel/din)
Komentar