oleh

HOEGENG SANG INSPIRATORY


Oleh: Brigjen Pol Dr Chryshnanda Dwilaksana MSi

HOEGENG Iman Santoso bisa dikatakan polisi luar biasa yang mempunyai keistimewaan yang dapat menjadi inspirasi dalam membangun polisi sipil dalam masyarakat yang demokratis. Hoegeng Iman Santoso sebagai polisi setidaknya mempunyai keistimewaan-keistimewaan sebagai polisi. Ia seorang yang sederhana, jujur, berani dan bangga sebagai polisi.

Mungkin secara konseptual Hoegeng tidak meninggalkan pemikiran-pemikiran atau konsep-konsep penting bagi kepolisian tetapi hidup dan kehidupanya dan prinsip-prinsip hidupnya menjadi luar biasa dan menginspirasi. Memang saat institusi mengagungkan nilai-nilai materialistik dan korup tentu tidak akan tersentuh nuraninya oleh sikap dan pemikiran Hoegeng, bisa jadi malah menghujatnya. Malah juga mengoloknya dan menganggap tidak mampu memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang dimilikinya.

Hoegeng memang keras pada prinsip, dan ia setia pada prinsipnya walau dia sendiri harus disingkirkan dan tersingkir. Ia tetap saja enjoy dengan apa yang dia miliki dan ia memang bangga akan hidupnya sebagai polisi. Seseorang bangga pada profesinya karena merasa profesinya yang mulia, nilai-nilai hakikinya adalah kebenaran dan kemanusiaan. Selain itu juga sadar bahwa memang layak dibanggakan karena mempunyai prestasi dan produk kerja yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan penegakan kebenaran.

Saat ia menjadi menteri iuran negara tetap saja berpakaian dinas kepolisian, begitu bangga dan mencintainya polisi yang ia sandang ke mana-mana. Dalam konteks ini Hoegeng memang menjadi duta kepolisian di institusi lain. Ia sadar akan posisinya sebagai penegak hukum yang memang harus tegas, namun humanis. Ia berani menunjukan bahwa ada polisi yang layak dan mampu menjadi menteri yang baik.

Hingga kini Hoegeng masih dijadikan ikon polisi yang bersih. Gus Dur dalam kelakarnya mengatakan, “polisi yang tidak korup itu ada tiga, yaitu patung polisi, polisi tidur, dan Pak Hoegeng”.

Sebagai pemimpin yang loyal, namun Hoegeng pun tergolong pemberani termasuk berani berkorban dan mengambil risiko dilepas dari jabatanya. Pada saat berseberangan dengan penguasa Orde Baru, ia berani mengatakan tidak, walau masih dalam usia muda sudah dipensiunkan. Juga bukan sebagai pengemis jabatan, itu ditunjukkannya saat berani menolak sebagai duta besar di salah satu negara Eropa Timur.

Ya saat menjabat serasa seperti dewa, penuh kuasa, puja dan puji semua menjilatinya tetapi saat tiada kuasa mulailah keluar semua sindrom-sindromnya, bahkan penyakit-penyakitnya pun diundangnya kembali. Bagai orang yang esok akan mati, jangankan prestasi hidup pun sudah seperti tiada arti.

Suatu ketika ada yang bertanya kenapa si A itu bisanya cuma ngolor menjilat sana-sini kerja tidak ada prestasi tetapi terus saja menjabat sana sini. Ia memang pelit dan kejam setengah mati kepada anak buah dan rakyatnya, tetapi untuk atasanya ia pun sudi menjilati apa saja yang diperintahkan padanya. Ya memang seperti itulah yang sedang laku, dan itulah yang banyak disukai ndoro-ndoro pejabat, yang suka pada yang pandai mencari uang dan pandai melayaninya. Jangan heran walau ia tanpa kompetensi dan bagai polisi salon pasti itulah yang dipilihnya.

Tentu mereka itu orang-orang yang tidak bisa mandiri, menggantungkan dan menjilat kerjanya bukan melayani rakyatnya, jelas juga tidak ada jasanya. Ia akan selalu begitu bagai kutu loncat pindah sana-pindah sini. Mencari dan memilih jabatan sana-sini yang dianggap basah. ia pun siap mbabu lagi dengan ndoro baru setiap ganti pimpinan.

Bisa dibayangkan kalau polisi dipimpin orang-orang kutu loncat dan penjilat-penjilat yang bisanya korup dan mengkoordinasi pelayanan sana-sini. Sudah barang tentu semua akan dijadikan uang, dan mungkin juga kehormatan serta harga diri institusi polisi digadaikan demi uang yang menjadi berhalanya.

Akankah terus begitu? Lupakah kita punya ikon Hoegeng Iman Santoso? Malukah atau takutkah menyebutnya karena pernah berseberangan dengan penguasanya? Semoga tidak karena polisi tidak sehina dan setolol itu. (Penulis adalah Dirkamsel Korlantas Polri)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *