oleh

Setiap Hari Berada dalam Kesucian

Oleh : H. Nurshobah Abdul Fattah, S.Ag., M.Si

ISTIGHFAR adalah berdoa memohon ampun atas segala dosa dan khilaf kepada Allah swt. Adakah manusia yang bersih dan suci dari dosa? Kecuali Nabi Muhammad saw, pasti setiap manusia pernah berbuat dosa, salah dan khilaf. Seperti sering disampaikan dalam berbagai kesempatan: Manusia itu tempatnya salah dan lupa. Namun meski demikian bukan berarti kita menjustifikasi bahwa melakukan dosa dan kesalahan merupakan suatu kewajaran. Namun sering dikatakan bahwa setiap manusia itu pasti berbuat salah. Sebaik-baiknya orang yang berbuat salah adalah bertaubat mohon ampun kepada Allah swt.

Dari Anas Bin Malik ra pernah berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: ‘Wahai Bani Adam selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku maka aku akan mengampuni segala dosa yang pernah engkau lakukan dan aku tidak memperdulikannya sama sekali. Wahai Bani Adam andaikan dosa-dosamu mencapai tinggi awan di langit kemudian engkau memohon ampun kepadaku maka aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan membawa kesalahan sebesar bumi dan pada saat itu engkau menemui-Ku tanpa membawa dosa syirik, maka aku akan memberikan ampunan sebesar bumi kepadamu. (HR. Tirmidzi).

Menurut Dr .Musthafa Dieb Al-Bugha dalam Kitab Al Wafi: Syarah Hadits Arba’in Nawawi, menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan pengharapan besar. Sebab di dalamnya dijelaskan bagaimana Allah Maha Pemurah dalam memberikan pengampunan-Nya. Dengan demikian orang-orang berdosa tidak akan berputus asa karena telah banyak dosa yang dilakukannya. Ketulusan untuk bertaubat yang muncul dari kesadaran diri yang paling dalam bisa menggugah kasih sayang Tuhan. Sebesar apapun dosa seseorang, kasih sayang Tuhan jauh lebih besar. Tidak ada dosa besar jika yang datang adalah kemaha-pengasihan Tuhan, dan tidak ada dosa yang kecil jika yang datang adalah kemaha-adilan Tuhan.

Namun sebaliknya, tidak boleh ada yang salah memahami hadits ini sehingga dia meremehkan perbuatan maksiat. Karena mungkin saja ia berbuat maksiat tapi tidak mendapatkan ampunan Allah swt. Hal yang pasti adalah jika seseorang telah memohon ampun dan bertaubat dengan sepenuh hati dan bertekad untuk tidak akan mengulang,i kecil kemungkinan dia akan melakukan dosa-dosa tersebut. Bahkan melakukan ketaatan yang pernah ditinggalkan dan mengembalikan barang yang telah dicuri secara zalim serta bahkan lebih banyak melakukan perbuatan baik serta selalu waspada kiranya jangan sampai kembali ke lembah dosa dan kenistaan.

Pentingnya Beristighfar dalam Hidup Keseharian

Sebagaimana yang telah dikatakan bahwa manusia tempatnya segala kesalahan dan lupa maka sudah sepatutnya diiringi dengan banyak beristighfar, dengan harapan setiap saatnya kita bisa terpelihara dari segala kotoran, noda dan dosa. Adalah Nabi Muhammad saw yang dijamin Allah swt dapat terlepas dari dosa-dosa namun beliau tetap kerap memohon ampun dalam keseharian beliau. Dalam sebuah sabdanya beliau menyampaikan: “Demi Allah, aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali.” bahkan Ibnu Umar ra.

Mengatakan: “kami pernah menghitung Rasulullah saw mengucapkan’ Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sungguh Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Pengampun.” sebanyak seratus kali dalam sekali duduk.

Bisa kita bayangkan doa seorang Nabi yang memohon kepada Allah dengan sebenar-benarnya permohonan, meskipun beliau telah ma’sum, terlepas dari dosa. Apakah kiat umatnya yang selalu ‘berkubang dosa’ malas untuk beristighfar dan terlalu ‘PD’ dan merasa aman-aman saja menjalani hidup, terlebih hidup di hari kemudian yang teramat dahsyat pembalasannya.

Pentingnya beristighfar bagi seorang muslim dapat tergambar dalam sebuah hadits Riwayat Imam Bukhori dari Ibnu Mas’ud ra dan dari Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya seorang mukmin (ketika) ia melihat dosa-dosanya adalah ketika ia duduk di sebuah lereng gunung dan ia sangat khawatir gunung itu akan menimpanya. Sedangkan seorang fajir (yang selalu berbuat dosa) ketika melihat-dosa-dosanya adalah seperti ia melihat seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang (ia menganggap remeh dosa).

Dalam hadits Riwayat Imam Tirmidzi Nabi saw pernah mengingatkan untuk mengikuti dosa-dosa kecil dengan kebaikan yang akan segera menghapusnya. Logikanya jika dosa kecil aja Rasulullah minta kita waspada dan segera dihapus dengan melakukan kebaikan, gimana dengan dosa-dosa yang tidak kecil yang dilakukan manusia?

Keutamaan Istighfar

Dari berbagai keterangan didapatkan bahwa Istighfar tidak hanya berkaitan dengan penghapusan dosa dan kesalahan, melainkan juga banyak keutamaan jika kita mau dan mampu melazimkan istighfar dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, dengan memperbanyak istighfar akan menghilangkan kesusahan dan kesedihan, serta hidup dengan optimisme serta tidak pernah berputus asa. Nabi bersabda:”ketika hatiku dirundung kesusahan, aku mohon ampun kepada Allah seratus kali dalam sehari.(HR.Muslim).

Dalam hadits riwayat Ibnu Abbas ra Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang banyak istighfar maka Allah akan menjadikan di setiap kegundahannya menjadi keceriaan dan menjadikan setiap kesempitan ada jalan keluar, serta Allah akan memberikan kepadanya rezeki dari jalan yang tak terduga. Ummul Mu’minin, Siti Aisyah ra berkata, “betapa bahagia orang yang mendapatkan istighfar yang banyak pada buku catatannya.” Sebagian ulama mengatakan, “yang paling dibutuhkan dari para pendosa adalah menangis dan beristighfar. Siapa saja yang dosa-dosanya membuatnya sedih dan susah, maka perbanyaklah istighfar.”

Kedua, dengan memperbanyak istighfar akan mendapatkan kebaikan di dunia seperti perolehan rezeki serta keberkahannya, memperbanyakkan harta, memperoleh anak-anak, memperoleh air hujan dan tanah-tanah yang subur. Firman Allah swt: “Maka aku katakan kepada mereka:’Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS Nuh: 10-12).

Ketiga, rajin beristighfar akan mendatangkan rahmat dan kasih sayang dari Allah swt. Allah swt berfirman: “Dia saleh berkata., ‘Wahai kaumku mengapa kamu meminta disegerakan keburukan (azab) sebelum meminta kebaikan (rahmat)? Mengapa kamu tidak memohon ampunan kepada Allah agar kamu dirahmati?” dalam ayat ini Nabi Saleh as menyeru agar kaumnya segera mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Dengan demikian dosa-dosa mereka akan diampuni dan rahmat yang telah diberikan-Nya ditambah lagi dengan rahmat yang lebih besar lagi.

Keempat, dengan membiasakan beristighfar semoga Allah menjauhkan dari segala musibah bahkan azab-Nya. Dalam Surat Al-Anfal Allah swt berfirman: “Dan tidak pula Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (QS Al-Anfal: 33).

Syaikul Islam Ibnu Taymiyyah mengatakan ra. Mengatakan bahwa Allah swt mengabarkan bahwa Allah ta’ala tidak akan mengazab orang yang beristighfar (memohon ampun) dari dosa. Karena istighfar itu akan menghapus dosa yang dosa itu sendiri merupakan penyebab datangnya azab sehingga azab itupun sirna dengan cepat.

Oleh karena itu marilah kita rajin melazimkan istighfar untuk selalu mohon ampun terhadap dosa dan kesalahan, baik besar maupun kecil, yang terlihat maupun tidak, yang kita ketahui maupun tidak. Kita bermohon kepada Allah swt agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang gemar mohon ampun (mustaghfirin) setiap saatnya sehingga Allah swt menilai kita senantiasa berada dalam kesucian.Nabi saw pernah menyampaikan bahwa Allah swt sangat senang melihat hambanya bertaubat melebihi senangnya seorang musafir yang kehilangan kuda kesayangannya yang kemudian ditemukannya kembali. Amin ya robbal alamin. Wallaahu A’lam. (ta)

*Rois Syuriyyah PRNU Sukabumi Utara Kebon Jeruk Jakarta Barat.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *