oleh

Di Tepi Sejarah” Tawarkan Sudut Pandang Baru dalam Melihat Sejarah Indonesia

POSKOTA.CO-Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar pentas seni virtual dengan tema ‘Di Tepi Sejarah’. Dalam pentas ini ditampilkan empat karya monolog yang dapat disaksikan di kanal Youtube Budaya Saya.

“Pentas seni ini merupakan tontonan wajib bagi pelajar. Sebab, pengetahuan kebudayaan pada ‘Di Tepi Sejarah’, tidak dimuat dalam buku pelajaran. ‘Di Tepi Sejarah’ perlu menjadi tontonan wajib bagi kita semua. Dengan menonton karya ini kita akan mengenal tokoh-tokoh sejarah yang jarang dibahas buku-buku pelajaran,” kata Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dalam taklimat media Seri Monolog: Di Tepi Sejarah, Senin (20/09/2021).

Menurut Nadiem, keempat karya ini mampu menarasikan kisah sejarah dengan cara kreatif. Dengan begitu, sangat menarik diikuti oleh semua umur, khususnya pelajar. Ia mengaku sangat membantu karya-karya terbaik para seniman ‘Di Tepi Sejarah’.

‘Di Tepi Sejarah’ nantinya juga akan masuk ke dalam platform kanal Indonesiana, sebagai strategi pemajuan kebudayaan. Dia berharap ke depan akan semakin banyak karya seni khas Indonesia yang bersaing di panggug dunia. “Besar harapan saya pelaku seni budaya dapat menjadikan kanal indonesia sebagai rumah bagi kita semua untuk terus berkarya. Dengan kanal Indonesiana mari berkolaborasi mewujudkan merdeka belajar, merdeka berbudaya,” tuturnya.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid

Sementara itu Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menyatakan, setelah tayang di kanal Youtube Budaya Saya pada 18 sampai dengan 25 Agustus 2021 lalu dan mendapatkan sambutan yang antusias dari masyarakat. Kali ini, seri monolog “Di Tepi Sejarah”  akan ditayangkan di kanal budaya milik Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi, (Kemendikbudristek) Indonesiana. Pementasan ini bisa diakses melalui Kanal Indonesiana.
Kanal ini dapat diakses melalui siaran televisi jaringan Indihome saluran 200 (SD) dan 916 (HD) atau laman https://www.useetv.com/livetv/indonesiana atau indonesiana.tv.

Kanal Indonesiana merupakan kanal media khusus budaya yang di inisiasi oleh Kemendikbudristek. Kanal media ini bertujuan untuk mewadahi, mengintegrasikan, serta mempromosikan karya dan ekspresi budaya masyarakat Indonesia. Alasan lain Kemendikbudristek menghadirkan Kanal Indonesiana karena belum adanya media resmi dari
Indonesia yang menjadi wadah diplomasi budaya secara internasional.

Negara-negara maju sudah memiliki media kebudayaan terintegrasi yang menjadi sarana diplomasi budaya, antara lain, Arirang TV yang didukung Kementerian Budaya, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan dan BBC Culture yang merupakan saluran radio, televisi, film, laman, dan kanal digital yang didukung Sekretariat Negara Bidang Digital, Media, dan Olahraga Inggris. Hilmar menyampaikan harapannya agar publik berpartisipasi dalam mengembangkan dan memanfaatkan Kanal Indonesiana.

“Partisipasi yang diharapkan adalah seluas mungkin, di semua kanal. Kita betul-betul ingin melihat karya dan ekspresi dan mencari produksi yang keren-keren di seluruh daerah, salah satu contohnya dengan upaya mementaskan Monolog ‘Di Tepi Sejarah ini’” ujarnya.

Dengan mementaskan di Kanal Indonesiana setelah tayang di Kanal Youtube Budaya Saya, Hilmar berharap karya Monolog ini dapat diakses oleh lebih banyak penonton Selain itu Hilmar juga menjelaskan bahwa rangkaian monolog ini merupakan inisiatif kecil yang dapat memberi makna baru bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan.

“Sudut pandang lain dalam melihat peristiwa sejarah yang ditawarkan dalam seri monolog ini menunjukkan bahwa kontribusi sekecil apapun dalam perjuangan kemerdekaan juga begitu berarti. Tokoh-tokoh yang diangkat dalam pentas ini mewakili semangat perjuangan seluruh komponen rakyat Indonesia kala itu untuk keluar dari penjajahan. Semangat yang sangat dibutuhkan hari ini ketika Indonesia tengah berjuang melawan pandemi.” imbuhnya.

Untuk pengembangan ke depannya, Hilmar berharap Indonesiana bisa diakses seluas mungkin. “Sekarang baru melalui Indihome dan internet. Namun kami sadar bahwa banyak yang belum punya akses ke sana. Jadi nanti akan bisa diakses melalui satuan pendidikan dan komunitas yang biasa menyelenggarakan kegiatan nonton bareng seperti bioskop lokal. Ini pengembangan kedalam,” ujarnya.

Sementara untuk pengembangan keluar, Indonesiana diharapkan bisa menjadi platform yang mempromosikan keragaman dan kekayaan budaya Indonesia ke dunia internasional. “Jadi kalau sekarang di sini kita bisa melihat tayangan dari berbagai negara, kita juga berharap agar kanal budaya Indonesia bisa dilihat di saluran-saluran TV kabel di luar negeri, ini menjadi sasaran di 2022-2023,” katanya.

Seri Monolog “Di Tepi Sejarah” mengulang kesuksesan Sandiwara Sastra yang gemilang, merupakan sebuah seri monolog hasil kolaborasi terbaru Kemendikbudristek, Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media yang menceritakan tentang tokoh-tokoh yang ada di tepian sejarah, mereka yang mungkin tak pernah disebut namanya dan tak begitu disadari kehadirannya dalam narasi besar sejarah bangsa Indonesia. Meski begitu, justru mereka seringkali adalah orang-orang yang berada di pusaran sejarah utama dan menjadi saksi peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia. Apa yang mereka pikirkan, rasakan, dan yang telah mereka alami diharapkan dapat menjadi jalan bagi kita untuk lebih memaknai arti kemerdekaan bangsa
Indonesia yang pada tahun ini telah memasuki tahun ke-76.

Seri Monolog “Di Tepi Sejarah” ini diprakarsai oleh Happy Salma dan Yulia Evina Bhara selaku Produser dari Titimangsa Foundation dan Kawan Kawan Media. Pentas ini juga merupakan kerja bersama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. (*/fs)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *