oleh

PURNAMA PRAMBANAN 77

Lelah membuat nyenyak raga
Melayang terbang dalam terang siang
Cinta yang sengaja dipatahkan
Meminta maaf adalah tujuan
Bukan mimpi merenda cinta dalam mimpi

ILUSTRASI
ILUSTRASI


POSKOTA.CO
– Diana sedikit terengah nafasnya ketika terbangun dari tidur siangnya. Nyawanya belum tersambung penuh dengan raganya. Ia sedikit bingung atas keberadaannya. Ada dimana dan di tempat siapa ini? Pelan-pelan Diana bangun lalu mengingat-ingat, dia sibak selimut tipis yang terbuat dari kain batik lawas. Selimut itu yang mengingatkan Diana sedang berada di rumah eyang putrinya di Yogya.

Mata Diana otomatis melihat jam dinding di atas pintu kamar, jarum jam pendek menunjuk pada angka 3 dan jarum panjang ada pada angka 8 kurang sedikit. Cukup lama Ia tertidur, hampir 3 jam ia pulas di pulau kapuk eyang putrinya yang nyaman. Kamar yang dingin walau tanpa kipas angin, atap tinggi dan jendela-jendela besarlah penyebabnya.

Diana memutuskan untuk segera mandi karena ia ingin ke rumah Mas Bayu. Ia ingin nampak segar dan tidak kucel karena perjalanan Jakarta-Yogya yang melelahkan. Mandi dan keramas tentunya hal yang nikmat dan bisa menyelesaikan rasa kantuk dan lelah.

Celana jeans ketat di paha dan sedikit lebar di bawah serta kaos putih menjadi pilihannya tuk temui Mas Bayu. Ada rindu, ada malu, ada rasa bersalah bahkan ada rasa punya hutang. Diana merasa punya hutang atas kebahagiaan yang pernah ia terima.

Bermacam rasa itu saat ini teraduk-aduk dalam hati remaja Diana. Remaja cantik yang mempunyai pengalaman hidup dan ilmu hidup berbeda dari remaja kebanyakan. Diana seperti buah yang matang sebelum waktunya. Hidupnya adalah buku pelajarannya.
” Eyang putri, Diana pamit yaaa”

Eyang Praja menyambut hangat ciuman Diana dan pelukan hangatnya ketika cucunya berpamitan. Beliau tidak kuatir Diana bepergian, selain rumah temannya dekat, hanya di Kumendaman, Eyang Praja melihat kematangan berpikir cucu cantiknya.

Anak seperti Diana tidak akan berbuat macam-macam atau berbuat yang membuat malu keluarga. Hidup sudah mengajarkan kepada cucunya banyak perkara. Bahkan Eyang Praja tak hentinya bersyukur mempunyai cucu yang luar dan dalamnya cantik. Diana juga pribadi yang sangat cerdas!
“Ati-ati ya woek cah ayu, usahakan makan malam di rumah”

Becak sudah menunggu Diana di halaman rumah. Mbok Wongso tahu kebutuhan momongannya sebelum diminta. Tadi Dia berjalan ke ujung gang untuk memanggil becak, ini ia lakukan karena sebuah cinta. Mbok wongso hanya butuh berjalan beberapa puluh meter untuk memanggil becak. Tidak sebanding dengan kebahagiaan yang ingin dia berikan kepada momongannya.

” Matur nuwun mbok, simbok kog jadi repot manggilin becak kesini. Kan Diana bisa jalan kaki mencari becak”

Diana memeluk simboknya lalu menaiki becak menuju Kumendaman. Setiap kayuhan penarik becak terasa lamban tetapi detak jantung Diana berpacu lebih kencang. Plengkung Gading serasa jauh, seperti Malioboro jarak tempuhnya. Dan begitu becak sampai di jalanan menurun yang cukup curam di Pasar Gading, desir angin sore dan desir hatinya koor menyenandungkan lagu yang sama.

Sebuah batas kerinduan
Ia tiba pada suatu tempat
Tempat dimana ia pernah merajut
Bernyanyi merdu dan menari samba
Dan sekarang ada di depan raga dan mata
” Mas Bayu ada tante”
( bersambung By : Wita Lexia)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *