Oleh : H. Nurshobah Abdul Fattah, S.Ag., M.Si
ALHAMDULILLAH musim haji telah dimulai. Kloter pertama pun sudah diberangkatkan oleh pemerintah. Semoga seluruh kloter jamaah haji Indonesia pada tahun ini dapat berangkat semua ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji, dan tentu dimudahkan dalam menjalankan syarat dan rukun Haji demi memperoleh haji mabrur yang, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad saw, balasannya tidak lain adalah surga.
Dalam surat Al Hajj ayat 27 dijelaskan bahwa ibadah haji itu merupakan panggilan dari Allah swt. Allah swt berfirman: ”(Wahai Ibrahim), serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Menurut pakar Tafsir Kita Prof Alhabib Quraish Shihab, bahwa perintah Allah ini dijawab oleh Nabi Ibrahim: ”suaraku tidak terdengar oleh mereka ya Allah.” Lalu jawab Allah swt: “Yang penting serukan panggilan itu, Kami akan memperdengarkannya.”
Maha Benar Allah, tidak seorang manusia (muslim) pun yang tidak pernah mendengar adanya panggilan itu. Tidak seorang manusia (muslim) pun yang tidak mengetahui adanya kewajiban memperkenankan panggilan itu. Ibadah haji sudah sedemikian populer di kalangan umat sehingga tidak ada alasan yang dapat dikemukakan untuk berkata: “Saya tidak tahu.”
Demikian Tuhan Menepatinya.
Semua orang telah mendapatkan panggilan, meskipun beraneka ragam sifat manusia menghadapi panggilan tersebut. Ada yang ingin memenuhi, mampu, tapi ada halangan sehingga maksudnya tidak tercapai; ada juga yang mampu, kesempatan terbentang, tetapi hatinya tidak bergerak, langkahnya justru menjauh. Sebaliknya, tidak sedikit pula yang berkeinginan, tetapi apa daya tangan tak sampai. Oleh karena itu Allah swt berfirman:
“(diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu) bagi yang orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.
Sudah sepatutnya bagi yang berkesempatan menunaikan ibadah haji tahun ini kita ucapkan selamat jalan setelah menunggu sekian lama akhirnya tibalah saat yang berbahagia untuk menunaikan kewajiban rukun Islam yang kelima.
Bekal Menunaikan Ibadah Haji
Sebagai rasa bersyukur dapat memenuhi panggilan Allah swt sebaiknya para jama’ah haji memiliki bekal yang cukup sehngga dapat menunaikannya secara sempurna. Bekal tersebut tentu ada yang berupa materi yang cukup untuk sekedar memenuhi kebutuhan jasmani selama di Tanah Suci, meliputi uang, pakaian, obat-obatan dan lain-lain. Namun ada bekal yang lebih penting, yang juga sangat menentukan mabrur tidaknya ibadah haji yang dilaksanakan. Antara lain yaitu, meluruskan niat, melipatgandakan kesabaran dan jangan lupa meninggalkan hal-hal yang dapat merusak ibadah haji itu sendiri, yaitu meninggalkan rofats, berbuat maksiyat dan bertengkar dalam melakukan ibadah haji.
Meluruskan Niat
Niat adalah faktor utama dalam setiap kita melakukan aktifitas kebaikan apa pun, terlebih niat dalam beribadah. Karena boleh jadi disebabkan kesalahan niat, ibadah yang dilakukan akan tak berarti apa-apa. Ibarat sebuah bangunan jika dibangun dengan pondasi yang rapuh maka akhirnya akan roboh juga. Dalam hadits dikatakan: ”sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung dari yang diniatkan.” Jika niatnya baik maka hasilnya akan baik dan sebaliknya jika niatnya buruk hasilnya pun akan buruk.
Niatkanlah menunaikan ibadah haji semata karena Allah telah memenuhi panggilan-Nya, yang telah diseru sejak zaman Nabi Ibrahim as. Hindari sejauh-jauhnya dari niat-niat duniawi, seperti berniat agar nanti selepas haji dapat menambah gelar di depan nama dengan huruf ‘H’ atau pak haji dan bu haji, atau niat menambah status sosial sebagai orang yang memiliki materi lebih karena terbukti mampu berangkat haji dan telah mengeluarkan uang yang tidak sedikit serta niat-niat lain yang serupa. Karena itu diajarkan agar seriap calon jamaah haji meluruskan niat sejak melangkahkan kaki dari kediaman untuk berangkat menunaikan haji. Jika masih belum bulat niat lurusnya, paling tidak agar meluruskan niat saat mengenakan pakaian ihram.
Dengan niat yang lurus, tulus dan ikhlas karena Allah untuk memenuhi panggilannya, inshaallah ibadah haji diterima (maqbul) dan juga membawa kebaikan bagi diri sendiri, keluarga, umat, dan agama juga bangsa dan negara serta menjadi tauladan dalam beribadah dan bermu’amalah dengan sesama (mabrur).
Melipatgandakan Kesabaran
Ibadah haji merupakan ibadah yang tidak ringan. Selain membutuhkan fisik yang sehat, juga membutuhkan waktu yang lama, beraneka ragam dan latar belakang manusia dari suku dan bangsa yang berbeda-beda. Semuanya itu membutuhkan kesabaran yang paripurna. Dalam praktiknya tidak terhindarkan adanya benturan pisik, ucapan, keinginan yang berbeda-beda.
Tidak jarang terjadi pertengkaran antar sesama jamaah disebabkan karena masing-masing mempertahankan egonya.
Meninggalkan Hal yang Merusak Ibadah Haji
Allah swt mengingatkan dalam Firmannya:”….maka barang siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rofats, berbuat maksiyat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. (Albaqarah: 197).
Dalam ayat di atas kita dilarang untuk rofats, yaitu larangan bersetubuh, mengucapkan kata-kata yang mengandung porno dan jorok. Dilarang juga melakukan kefasikan, mengolok-olok, mengejek, menghina dan semacamnya, termasuk bermegah-megahan, bertengkar dan bermusuhan, dan dilarang juga untuk berdebat, silang pendapat karena dikawatirkan terjadi permusuhan. Semua perhatian selama ibadah haji hanya ditujukan untuk berbuat kebaikan semata-mata. Hati dan pikiran hanya tercurah kepada ibadah, mencari keridhaan Allah swt dan selalu mengingat-Nya.
Pada intinya semua itu adalah yang dinamakan dengan takwa, dan sebagaimana lanjutan firman Allah di atas bahwa berbekallah dalam menunaikan ibadah haji, namun bekal yang terbaik adalah takwa. Labbaiikallahumma labbaiik. Labbaiika Laa syariika laka labbaiik. Innal hamda wanni’mata laka wal mulk laa syariikalah. Kami penuhi panggilan-Mu ya Allah. Kami penuhi panggilan-Mu yang tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala pujian dan karunia, dan kekuasaan hanya milik-Mu.
Semoga jamaah haji Indonesia khususnya, memperoleh haji maqbul dan mabrur. Jadi tauladan bagi kita semua dan di akhirat memperoleh surga, dan kiranya juga Allah swt memberi kesempatan bagi yang berniat untuk menunaikan ibadah haji di masa-masa mendatang. Aamiin yaa robbal aalamiin. (ta)
* Rois Syuriyyah PRNU Sukabumi Utara Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Komentar