Oleh : Karsidi Diningrat
TELAH dinyatakan dalam banyak ayat Al-Qur’an, bahwa Allah bersumpah akan menghidupkan kembali manusia setelah kematian pada hari kebangkitan, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah (wahai Muhammad), “Tidak demikian, demi Tuhanku, sungguh! Kamu akan dibangkitkan kembali oleh Allah.” (QS. At-Taghabun, 64:7). Dalam firman-Nya yang lain disebutkan, “Katakanlah (wahai Muhammad): “Allah-lah yang menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari Kiamat yang tidak ada keraguan padanya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Al-Jathiyah, 45: 26).
Beriman kepada hari kebangkitan adalah salah satu rukun Iman, seperti ditetapkan dalam hadits shahih dalam Ash-Shahihain, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah Saw. sedang bersama manusia, tiba-tiba seseorang berjalan mendatangi beliau kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah iman itu?” Rasulullah Saw. bersabda, “Iman adalah kamu beriman kepada Allah, beriman kepada para malaikat-Nya, para Rasul-Nya, hari bertemu dengan-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitan yang akhir.” (HR. Al-Bukhari).
Dalam hadits yang senada disebutkan, “Iman ialah kamu percaya sepenuh hati kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Kebangkitan dari kubur setelah mati, dan adanya kadar (ketentuan) Allah semuanya.” (HR. Bukhari melalui Umar bin Khaththab r.a.).
Kebangkitan Antara Dua Tiupan
Imam Al-Ghazali berkata, “kebangkitan yang terjadi di antara dua kali tiupan, ini adalah kematian kedua, karena kamatian ini tidak akan memfungsikan indera dalam (batin). Sedangkan kematian jasad adalah tidak memfungsikan indera luar, karena tubuhlah yang melakukan gerakan, yang setelah kematian jasad ini, mereka tidak lagi diperintahkan shalat, puasa dan ibadat-ibadat yang lain. Andaikata Allah Swt memasukkan malaikat ke dalam bangkai (jasad manusia yang telah mati) tentu malaikat itu akan hidup dalam jasad tersebut, karena memang berkeinginan untuk menempati alamnya. Sementara itu jiwa adalah inti (jauhar) yang memuai, apabila di rangkai di dalam jasad maka kehidupan itu akan pulih kembali dan melahirkan gerakan-gerakan.”
Syaikh Abdul Aziz Marzuq Ath-Tharifi mengatakan bahwa, “Tiupan kedua ini berfungsi untuk mengeluarkan seluruh makhluk yang mati dari dalam kuburnya masing-masing, kemudian diarak ke padang Mahsyar. Tiupan kedua ini merupakan tiupan sangkakala untuk hari kebangkitan, dan tiupan kedua inilah yang paling banyak disebutkan wahyu, karena bersifat menyeluruh meliputi semua makhluk yang sudah mati untuk dihidupkan kembali, berbeda dengan tiupan sangkakala pertama yang hanya berlaku pada makhluk yang masih hidup, untuk mematikan mereka semua.”
Selanjutnya Syaikh mengatakan, “setelah manusia mati, jasad akan hancur kecuali ‘Ajb Adz-Dzanab (tulang ekor). Allah akan membasahinya dengan air seperti sperma laki-laki, kemudian ia tumbuh membentuk organ tubuh manusia seperti biji tumbuh menjadi tanaman. Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap anak Adam (setelah mati) akan hancur, kecuali ‘Ajb Adz-Dzanab (tulang ekor). Dari situlah anak Adam diciptakan, dan dari situlah anak Adam disusun (kembali).” (HR. Bukhari).
Dalam suatu riwayat disebutkan, “…maka Ruh dikembalikan ke jasadnya. Lalu dua malaikat datang dan menundukkan jenazahnya. Dua malaikat itu bertanya: ‘Siapakah Rabbmu?’ Ia menjawab: ‘Rabbku Allah.’ Malaikat itu bertanya: ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab: ‘Agamaku Islam.’ Malaikat itu kembali bertanya: ‘Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?’ Ia menjawab: ‘Beliau adalah Rasulullah.’ Malaikat itu bertanya: ‘Apa yang engkau ketahui tentang benda ini?’ Ia menjawab: ‘Aku membaca Kitabullah maka aku beriman kepadanya dan aku membenarkannya.’
Kemudian ada penyeru yang menyeru dari arah langit: ‘Hamba-Ku benar maka hamparkanlah surga baginya dan bukakan salah satu pintu surga untuknya. Maka hamba itu didatangkan dengan aroma ruhnya yang harum semerbak, makamnya dilapangkan sejauh mata memandang. Dan ia didatangi seorang laki-laki berwajah menawan, pakaiannya indah dan baunya harum. Laki-laki itu berkata: ‘Bergembiralah karena sesuatu yang membuatmu gembira. Ini adalah hari yang dijanjikan kepadamu.’ Hamba itu bertanya: ‘Siapakah engkau, sungguh wajahmu membawa kebaikan.’ ‘Aku adalah amal saleh yang engkau lakukan,’ jawab laki-laki itu.
Ketika Orang Kafir Didatangi Malaikat
Adapun hamba yang kafir, saat ia meninggalkan dunia dan menuju ke akhirat, …setelah itu, ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Dua malaikat mendatanginya seraya berkata: ‘Siapakah Rabbmu?’ Ia menjawab: ‘Hah, hah? Aku tidak tahu.’ Malaikat itu bertanya: ‘Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?’ Ia menjawab: ‘Hah, hah? Aku tidak tahu.’
Lantas ada penyeru yang menyeru dari langit: ‘Hamba-Ku ini telah berdusta. Maka bentangkanlah neraka baginya dan bukakanlah pintu baginya yang menuju ke neraka.’ Maka didatangkan padanya hawa panas dan racun neraka, makamnya disempitkan hingga tulang-tulangnya terlepas. Lalu ia didatangi laki-laki berwajah menyeramkan, buruk pakaiannya, dan mengeluarkan aroma yang busuk seraya berkata: ‘Terimalah kabar yang menyedihkanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.’ Hamba itu bertanya: ‘Siapakah engkau, sungguh wajahmu sangat buruk.’ Orang yang datang menjawab: ‘Aku adalah amal perbuatan burukmu.’
Urusan akhirat yang paling banyak disebutkan dalam Al-Qur’an adalah hari kebangkitan. Allah menyebutkannya terkadang dengan nama Al-Ba’ts (hari kebangkitan), Ar-Ruju’ (hari kembali), Al-Liqa’ (hari pertemuan), Al-Ihya (hari dihidupkan kembali), Al-Ikhraj (hari dibangkitkan dari kubur), An-Nusyur (hari semua makhluk dikumpulkan), Ar-Radd (hari dihidupkan kembali), Al-Mashir (hari manusia kembali kepada Tuhan untuk dihisab), dan Al-Ma’ab (hari manusia kembali untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya).
Allah terkadang menyebut dengan zamannya, seperti Yaum Al-Qiyamah, As-Sa’ah, Al-Yaum Al-Akhir, Yaum At-Taghabun dan lain sebaginya. Nama-nama di atas adalah istilah yang digunakan untuk menyebut hari kebangkitan dan ia telah dijelaskan Allah dalam banyak firman-Nya.
Menghidupkan Kembali bagi Allah Lebih Mudah
Beriman kepada hari kebangkitan setelah kematian adalah tidak diingkari oleh siapa pun kecuali bila dia orang sombong. Karena menghidupkan kembali manusia setelah kematian, jauh lebih mudah bagi Allah daripada awal menciptakan manusia setelah sebelumnya tidak ada. Pengingkaran dan penolakan tentang adanya kebangkitan hanya muncul dari kesombongan. Dan tidak ada orang yang dengan yakin mengingkari kebangkitan, kecuali setelah orang tersebut dengan yakin mengingkari penciptaan dirinya yang pertama kali. Iblis saja meyakini adanya kebangkitan karena ia mengetahui bahwa membangkitkan manusia dari kematian jauh lebih mudah bagi Allah daripada penciptaan pertama.
Allah menjadikan kehidupan ini sebagai tempat ujian dan beramal. Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada manusia agar manusia beribadah kepada-Nya. Allah menciptakan tempat lain (akhirat) kepada manusia sebagai pembuktian akan kebijaksanaan dan keadilan-Nya untuk memberi pahala orang yang telah berbuat baik dan memberi siksa kepada orang yang berbuat jahat sesuai dengan amalnya masing-masing. Tidak ada satu makhluk pun yang diciptakan Allah dengan sia-sia dan dibiarkan begitu saja.
Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Mahasuci Allah Yang ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk, 67: 1-2). “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. (QS. Al-Mukminun, 23: 115). “… sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal shaleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.” (QS. Yunus, 10: 4).
Tidur Dapat Dijadikan Contoh Kematian
Tidur dapat dijadikan contoh kecil dari peristiwa kematian, sedangkan bangun dari tidur merupakan contoh kebangkitan dari kematian. Jadi, adanya aktivitas bangun dan tidur ini dapat dijadikan bukti adanya kehidupan dan kematian. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. Al-An’am, 6: 60).
Di antara tanda-tanda Allah yang besar tentang bukti adanya kebangkitan ruh dan jasad adalah Ahlul Kahfi yang telah dibangunkan dari tidurnya selama 309 tahun, sebagaimana Allah berfirman, “Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya …” (QS. Al-Kahfi, 18: 21).
Salah satu contoh dalil-dalil Indrawi ini adalah “Allah telah menghidupkan orang mati di dunia ini”. Semua makhluk di dunia ini dihidupkan oleh Allah. Dengan demikian, jika Allah mampu menghidupkan, berarti Ia pun mampu mematikan, dan menghidupkannya kembali. Beberapa kisah dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang pernah dimatikan Allah kemudian dihidupkan kembali.
Kisah Nabi Ibrahim a.s. ketika ia memohon kepada Allah SWT agar Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya, bagaimana Ia menghidupkan yang sudah mati. Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih empat ekor burung. Masing-masing bagian tubuh burung tersebut dipisahkan dan diletakkan di atas gunung disekitarnya. Lalu Nabi Ibrahim a.s. memanggil kembali burung-burung itu dan datanglah burung-burung itu kepadanya.
Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Rabb-ku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati” Allah berfirman, ‘Apakah kamu belum percaya?’ Ibrahim menjawab, ‘Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya.’ Allah berfirman, ‘(Kalau demikian), ambillah empat ekor burung, lalu jinakkanlah burung-burung itu kepadamu, kemudian letakkanlah tiap-tiap seekor daripadanya atas tiap-tiap bukit. Sesudah itu panggillah dia, niscaya dia segera akan datang kepadamu.’ Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah, 2: 260).
Kisah Pembunuhan Dikalangan Bani Israil
Kisah seorang terbunuh di kalangan Bani Israil. Allah memerintahkan Bani Israil untuk menyembelih seekor sapi dan memukulkan bagian sapi tersebut ke tubuh seorang yang sudah mati. Kemudian Allah menghidupkan kembali orang tersebut sehingga dapat memberitahukan kepada orang banyak tentang siapa yang membunuh dirinya.
Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman, “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu.’ Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.” (QS. Al-Baqarah, 2: 72-73).
Kisah kaum Nabi Musa a.s. yang tidak mempercayai risalah yang di bawa Nabi Musa. Mereka mengatakan, “Kami tidak akan mempercayaimu, hai Musa sampai Tuhanmu membuktikan kekuasaan-Nya pada kami.” Kemudian Allah mematikan mereka dan setelah itu menghidupkannya kembali.
Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang,” karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah, 2: 55-56).
Semua kisah di atas merupakan bukti nyata tentang adanya kebangkitan setelah kematian. Semua peristiwa tersebut, pada saat kejadiannya, dapat ditangkap oleh indra manusia. Itulah kekuasaan Allah. Allah menjelaskan pula bahwa Ia mengetahui bagaimana tanah memakan jasad, kulit, tulang, dan rambut manusia. Bagaimana pula hancurnya dan kemana perginya semua itu. Bagi Allah, tidak ada satu hal pun yang tidak diketahui-Nya. Allah telah memerintah Rasul-Nya untuk bersumpah dengan nama-Nya Yang Mahasuci akan adanya hari kebangkitan.
Dalam hal ini Ibnul Jauzi mengatakan dalam kitabnya Talbiis Ibliis, “Salah satu dalil yang paling menakjubkan tentang kebangkitan adalah bahwasanya Allah Swt. telah menampakkan melalui tangan para nabi-Nya sesuatu yang lebih besar daripada kebangkitan, yakni mengubah tongkat menjadi ular yang hidup, mengeluarkan unta dari sebongkah batu, dan menampakkan kebangkitan setelah kematian melalui tangan Nabi Isa a.s.” Wallahu a’lam bish-shawwab. (**)
*Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung.
*Wakil Ketua Majlis Pendidikan PB Al-Washliyah.
Komentar