Oleh : Karsidi Diningrat
ALLAH subhanahu wa ta’ala secara tegas menafikan terjadinya peristiwa penyaliban dan pembunuhan pada diri Isa Al-Masih, sebagaimana dalam firman-Nya, “… padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Namun (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Mahabijaksana. Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan pada hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An-Nisaa, 4: 157-159).
Padahal mereka tidak membunuh Isa dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh dan salib adalah orang yang diserupakan dengan Isa. Al-Baidhawi berkata, “Diriwayatkan, ada seorang laki-laki bertindak munafik kepada Isa, lalu dia keluar untuk menunjukkan keimanannya kepada Isa, kemudian Allah menyerupakannya dengan Isa. Lalu dia dibunuh dan disalib oleh kaum Yahudi, mereka mengira bahwa ia adalah Isa.”
Syubbiha, artinya disamarkan. Yaitu diadakan orang lain, lalu ditimbulkan sangka dalam hati orang yang hendak membunuh itu bahwa orang lain itulah Isa. Sebab itu maka yang mereka banggakan bahwa yang mereka bunuh ialah kebanggaan yang tidak kena mengena dengan kejadian yang sebenarnya. “Dan sesungguhnya orang-orang yang telah berselisih tentang itu, adalah dalam keadaan ragu daripadanya.”
Tegasnya, tidaklah mereka membunuh Isa Almasih anak Maryam dengan keyakinan yang pasti, sebab mereka tidak mengetahui dengan pasti bahwa yang terbunuh itu Isa Almasih. Memang ada yang terbunuh tetapi bukan pasti dia. Injil yang empat mengatakan bahwa yang menyerahkannya kepada imam-imam Yahudi itu ialah Yahuda (Yudas) Iscariot. Ketika mengajak menangkap itu si Yudas memberi alamat, kalau nanti bertemu lalu si Yudas mencium orang itu, maka itulah Isa Almasih (Yesus). Ini saja sudah bukti tertulis bahwa tentara-tentara yang akan menangkapnya itu tidak ada yang tahu pasti mana yang dia.
Dalam suatu riwayat yang dinukil oleh Ibnu Jarir mengatakan bahwa rupa Isa Almasih disamakan kepada Yahuda (Yudas) itu sendiri, sehingga dialah yang tertangkap dan dialah yang disalib. Ada suatu riwayat lagi mengatakan bahwa seorang di antara murid beliau yang masih muda, seketika ditanya oleh Isa Almasih siapa yang sedia mengorbankan diri menggantikan tempatnya, pemuda itu telah tampil ke muka menyatakan bersedia mengorbankan diri. Maka seketika serdadu-serdadu Romawi dan pemuka-pemuka Yahudi itu datang, dan waktu itu hari telah senja, sehingga muka manusia sudah tidak jelas lagi, pemuda itulah yang memberikan dirinya.”
Menurut Al-Qur’an, Isa tidak dibunuh dan disalib, tapi Allah telah mengangkatnya dari bumi ke sisi-Nya. Dengan demikian, Isa belum wafat, sebagaimana Allah berfirman, “(ingatlah), ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang kafir …” (Qs. Ali Imran, 3: 55). Dalam ayat yang lain disebutkan, “… Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (QS. Al-Ma’idah, 5: 117).
Said bin Ali Al-Qahthani mengatakan bahwa pengertian mewafatkan dalam ayat di atas (5:117) adalah “menggenggam” atau “mengambil”. Jadi, maksud dari ‘Inniy mutawaffiyka waraafi’uka illayya’ (Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku’), adalah mengambil dari atas bumi dan mengangkat Isa ke sisi-Nya.” “Adapun bunyi ayat, ‘wa immin ahlil kitaabi illa layu’minnana bihi qabla mautihi’ (tidak ada seorang pun di antara Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya’) (4:159) ditujukan bagi semua orang Yahudi dan Nasrani. Hal ini juga menunjukkan bahwa para Ahli Kitab itu beriman kepada Al Masih. Adapun orang-orang Yahudi dan Nasrani kelak pada hari kiamat akan meyakini bahwa Al Masih adalah utusan Allah. Orang-orang Nasrani pada hari itu akan mengakui bahwa Isa bukan Allah sebagaimana ia yakini selama ini. Mereka akan menyaksikan bahwa kelak pada akhir zaman Isa akan berhukum kepada syariat Muhammad Saw., dan setelah itu ia baru akan wafat seperti halnya manusia lainnya.”
Penyaliban Merupakan Rekayasa Orang-Orang Yahudi
Seperti telah diketahui bahwa informasi tentang pembunuhan dan penyaliban Isa Al-Masih berasal dari orang-orang Yahudi yang mengatakan, “Kami telah membunuh Al-Masih dan menyalibnya.” Orang-orang Yahudi adalah musuh terbesar Isa Al-Masih. Merekalah yang telah melempar beliau dan ibunya dengan tuduhan yang keji, (besar).
Orang Yahudi membangga bahwa mereka telah membunuh Isa anak Maryam, yaitu “Rasul Allah” yang telah di utus Tuhan untuk mengembalikan mereka kepada isi Taurat yang sejati, sebab Nabi isa sendiri adalah dilahirkan oleh Maryam keturunan Bani Israil juga.
HAMKA mengatakan bahwa di dalam ayat ini yang ditekankan perhatian ialah terhadap keburukan-keburukan yang telah dilakukan oleh orang Yahudi. Al-Qur’an menjelaskan bahwa kaum Yahudi karena mempertahankan kedudukannya, telah melakukan kekejaman-kekejaman terhadap Nabi-nabi Allah.
Mereka telah memfitnahkan Nabi Yahya, sehingga ditangkap dan dibunuh oleh penguasa. Kemudian mereka telah memfitnah Nabi Zakaria pula, ayah dari Nabi Yahya, sehingga Nabi yang tua itu mati dibunuh. Kemudian mereka fitnahkan pula Nabi Isa Almasih, mereka katakan kepada pihak penguasa Romawi. Padahal bangsa Yahudi waktu itu dijajah oleh bangsa Romawi. Imam Besar mereka yang bernama Kayafas mereka katakan bahwa kedudukannya tergoncang sejak munculnya Isa Almasih. Sebab memang kedatangan Almasih terang-terang mengajak orang Yahudi supaya kembali kepada Hukum Taurat yang sejati, yang sedikitpun tidak boleh di rubah.
Isa Al-Masih (Yesus) Diangkat ke Langit
Tarif Khalidi dalam buku The Muslim Jesus, menyebutkan, “Pada malam ketika Yesus akan diangkat ke langit, dia berkata kepada para pengikutnya, “Janganlah mencari mata pencaharian dengan mengajarkan Kitab Tuhan. Jika kamu menahan diri untuk tidak melakukannya, maka Tuhan akan mendudukanmu di atas mimbar yang lebih baik daripada dunia ini dan segala isinya.” Abd al-Jabar berkata, “Yang dimaksud dengan mimbar adalah tempat duduk yang disebutkan oleh Allah di dalam Alquran, ‘Di atas kursi sejati bersama-sama dengan Sang Raja Yang Mahakuasa.” Yesus kemudian diangkat ke langit.”
“Pada hari Yesus dinaikkan ke langit, dia tidak meninggalkan apa pun kecuali pakaian dari wol, sebuah katapel, dan dua buah sandal.”
- Quraish Shihab mengatakan ketika menafsirkan QS. Ali Imran [3}: 55, bahwa Allah melindungi Isa as dari makar orang-orang Yahudi dengan jalan mengangkat beliau ke sisi-Nya. Para ulama berbeda pendapat tentang makna kata “mengangkat ke sisi-Nya itu”. Asy-Syarawi menjelaskan bahwa Allah yang mengambil Isa as secara sempurna, kemudian membawa ruh dan jasad beliau ke satu tempat yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang kafir, yaitu di sisi-Nya.”
Kata “di sisi-Ku”, dipahami oleh banyak ulama dalam arti “ke langit”. Asy-Syarawi dalam komentarnya tentang ayat di dalam surah an-Nisa’ ini menekankan bahwa tidak heran bila akhir perjalanan hidup Nabi Isa di dunia ini, tidak seperti akhir perjalanan hidup manusia lain, karena memang awal kelahirannya di pentas bumi pun berbeda dengan yang lain. Beliau lahir tanpa ayah, bahkan pada masa hidupnya, beliau banyak melakukan hal-hal yang bersifat ajaib”.
Menurut Jumhur ahli tafsir yang lainnya berpendapat, diangkat dengan jasmani dan rohaninya, dalam keadaan hidup sebagai suatu mukjizat. Maka Isa as yang diangkat ke langit dengan jasmani dan rohani, sejak diangkat sampai turun kembali ke bumi, sepenuhnya di tangan Allah. Jika manusia biasa saja, seperti Ashabul Kahfi, bisa tinggal dalam sebuah gua tanpa makan dan minum selama 309 tahun, kiranya tidak perlu dianggap aneh bagi seorang Nabi seperti Nabi Isa as, untuk tinggal di langit sekian lamanya, karena beliau diberi mukjizat oleh Allah.”
Ibnu Abbas menafsirkan mutawaffika (QS. Ali Imran, 3:55), dengan arti Kami matikan engkau. Ibnu Juraij, menafsirkan mutawaffika dengan Kami ambil engkau. Lalu diikuti oleh rafi’uka yang berarti Kami angkat engkau. Di ayat ini lebih tegas lagi, yaitu Tuhan Allah telah mengangkat Isa Almasih kepada-Nya bahwa beliau telah diangkat Allah, diselamatkan, dibebaskan dari tempat yang berbahaya itu. Sedangkan Ibnu jarir menegaskan tafsirnya demikian, “Allah telah mengangkatnya ke sisi-Nya, Allah telah memenuhi kehendak-Nya, dengan sempurna terhadap dirinya, Allah membersihkannya daripada kehendak buruk orang-orang yang kafir itu.”
Isa Almasih Akan Turun Kembali dari Langi
Berdasarkan beberapa hadits sahih riwayat al-Bukhari dan Muslim dan lain-lain. Nabi Isa akan turun ke dunia, nanti pada akhir zaman. Beliau akan memecahkan kayu-kayu salib yang dipuja umat Nasrani, akan memusnahkan babi-babi dan segala kekejian. Setelah itu dunia akan mengalami kesuburan, keamanan dan kesejahteraan yang adil dan merata. Ketika itu Ahli Kitab dari Yahudi dan Nasrani akan beriman semuanya kepada Nabi Isa as sebelum wafat, dan setelah wafat beliau dimakamkan di samping makam Nabi Muhammad Saw. di Madinah. Turunnya beliau ke dunia ini untuk menegakkan syariah Muhammad Saw. sehingga Nabi Muhammad tetap menjadi saksi atas keimanan atau kekafiran Ahli Kitab, seperti dijelaskan dalam firman-Nya, “Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.” (QS. An-Nisa, 4: 41).
Dalam ayat ini (QS. An-Nisa, 4: 158) Allah menerangkan bahwa Isa as itu diangkat atas perintah Allah dengan badan dan rohnya dan akan diturunkan kembali di akhir zaman sebagai pembela umat Islam dan penerus syariat Nabi Muhammad saw, pada saat umat Islam berada dalam keadaan lemah setelah datangnya Dajjal. Kejadian ini menunjukkan kekuasaan Allah untuk menyelamatkan Nabi-Nya, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya yang tercantum dalam firman-Nya, “(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa, Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir.” (QS. Ali Imran, 3: 55).
Maka orang yang berpegang kepada faham dan tafsir bahwa Nabi Isa Almasih telah diangkat Allah ke langit, yakin bahwa Nabi Isa Almasih akan turun ke bumi sesudah bersemayam di langit beribu-ribu tahun lamanya. Jadi, jelaslah bahwa Isa Almasih tidak dibunuh ataupun disalib, dan sampai sekarang ia belum wafat. Karena itu, batallah perkataan orang-orang Nasrani. Allah Maha Penolong hambanya. Wallahu a’lam bish-shawwab. (*/fs)
-Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
-Wakil Ketua I Majelis Pendidikan Pengurus Besar Al-Washliyah
Komentar