oleh

Guru Besar IPB Prof Harianto: Produk Domestik Pertanian Bruto Menurun

POSKOTA. CO – Peran sektor pertanian dalam menyumbang produk domestik bruto semakin turun.
Peran sub-sistem agribisnis usahatani (on-farm) semakin mengecil dibandingkan dengan peran sub-sistem agribisnis hulu dan sub-sistem agribisnis hilir dalam penciptaan nilai tambah dalam perekonomian.

Demikian kata Prof. Dr. Ir. Harianto, MS, guru besar Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dari IPB Univercity.

Dalam orasi ilmiahnya, Prof Har, demikian sapaan akrabnya mengangkat tema dampak perubahan sistim agribisnis terhadap peningkatan kesenjangan ekonomi rumah tangga pertanian dengan non-pertanian.

“Pembangunan ekonomi telah membawa perubahan terhadap struktur perekonomian dan struktur sistem agribisnis di Indonesia,” kata Prof Har Kamis (25/5/2023).

Lebih lanjut Prof Har menuturkan, dari sisi penyediaan tenaga kerja, penyediaan bahan baku, penguatan ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan, sektor pertanian maupun sub-sistem agribisnis usaha tani tetap memegang peran penting.

Tetimpangan 

Pembangunan ekonomi dan perubahan struktur yang menyertainya diakui Prof Harianto, telah menjadikan ketimpangan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga semakin melebar.

Saat ditanya terkait susahnya hasil pertanian petani menembus market besar jika dibanding dengan pertanian organik yang hanya di kuasai kelompok kecil, Prof Har mengatakan, karena kebutuhan.

“Kelompok menengah ke atas lebih memilih kesehatan mereka terjamin walau harus membeli sayuran di supermarket dengan harga tinggi. Nah hal ini tidak dimiliki petani kecil. Kedepan harus diperhatikan pemerintah. Jumlah petani di pertanian tradisional juga besar,” paparnya.

Ditambahkan, ketimpangan yang semakin melebar dapat memunculkan ketidakadilan. Rumah tangga yang berada di golongan pendapatan terbawah semakin kesulitan untuk dapat mengakses sumber-sumber ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Relatif Tinggi

Kesenjangan pendapatan di Indonesia masih relatif tinggi. Berdasarkan data yang disampaikan dalam World Inequality Report tahun 2022, pangsa total pendapatan 10 persen penduduk golongan pendapatan tertinggi adalah sebesar 48 persen dari pendapatan total nasional.
Sementara 50 persen penduduk golongan terendah hanya menguasai 12,4 persen dari total pendapatan nasional.

“Pada tahun 2021, rata-rata pendapatan penduduk golongan 50 persen terbawah adalah sebesar Rp22.6 juta/tahun dan 10 persen penduduk golongan teratas memperoleh pendapatan sebesar Rp285 juta lebih/tahun. Perubahan yang terjadi pada struktur sistem agribisnis diperkirakan akan tetap memperparah kesenjangan pendapatan terutama kesenjangan antara pelaku yang
ada di subsistem agribisnis usaha tani dengan pelaku yang ada di sub sistem agribisnis hulu maupun agribisnis hilirnya,” tegasnya.

Perubahan yang terjadi di sistem agribisnis hulu menurutnya, berupa kemajuan teknologi di bidang benih dan sarana produksi pertanian.

Sementara perubahan yang terjadi di sub-sistem hilir berupa kemajuan teknologi di bidang pengolahan hasil pertanian, logistik dan transportasi. (yopi)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *