oleh

Tren Teknologi untuk Bisnis pada Tahun 2023

POSKOTA.CO-Adopsi terhadap teknologi digital dalam dunia bisnis telah berkembang pesat selama pandemi COVID-19. Menyongsong 2023, berbagai strategi bisnis harus dilakukan dengan memperhatikan kesigapan, ketahanan, kecepatan dan pengendalian biaya dari perusahaan dengan memilih teknologi digital yang tepat. Organisasi di beberapa wilayah seperti Asia Tenggara, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru telah menyadari nilai dari data, alur kerja yang cerdas, dan pengambilan keputusan yang lebih bijak seiring dengan mulai terbukanya pasar.

“Di tahun 2023 ini kita bukan lagi baru memasuki era pemakaian teknologi digital dalam dunia bisnis. Namun, bagaimana teknologi itu harus diterapkan untuk mencapai manfaat yang semaksimal mungkin bagi perusahaan. Pelaku bisnis di tahun ini harus berpikir lebih menyeluruh agar selain menunjang performa, perusahaan juga berjalan dengan tujuan yang memiliki dampak positif. Pada tahun ini juga, bisnis akan menghadapi beberapa tren teknologi digital yang muncul,” kata President Director, IBM Indonesia, Roy Kosasih, pada agenda media briefing di Kantor IBM Indonesia, Jakarta, (01/02/2023).

Menurut Roy, otomatisasi yang tertanam secara menyeluruh di perusahaan sangat penting untuk bisnis karena masih banyak investasi pada teknologi yang tidak membuahkan hasil disebabkan eksekusi yang dilakukan tidak terintegrasi.

Technology Leader, IBM Indonesia, Cin Cin Go mengatakan, “tercatat bahwa organisasi perlu beralih dari RPA dan otomatisasi berbasis aturan untuk menanamkan kecerdasan di berbagai proses dan tingkat penugasan. IBM percaya, organisasi perlu memulai dengan proses bisnis dan membayangkan kembali bagaimana proses tersebut dapat diterapkan secara optimal dengan mempertimbangkan teknologi yang tersedia. “Kepercayaan pada data dan kebutuhan yang vital akan integrasi tanpa batas IBM melihat bahwa hingga saat ini masih banyak perusahaan yang tidak yakin atas data mereka sendiri. Kebanyakan perusahaan tidak mengukur data yang buruk sejak awal, 60% dari mereka tidak menyadari betapa besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh data tersebut, hingga rata-rata US$15 juta per tahun.

Perusahaan Butuh Fondasi Data yang Baik

Menurut IBM perusahaan membutuhkan fondasi data yang baik, akurat, arsitektur yang tepat, dan susunan data. Ada pula sebanyak 60% perusahaan yang tidak tahu seberapa besar biaya data buruk bagi bisnis mereka karena mereka tidak memperhitungkannya sejak dini. Studi besar lainnya juga telah menemukan dampak moneter yang muncul karena data yang buruk.

Oleh karena itu, bisnis dapat rusak dan menjadi lebih rumit jika dikombinasikan dengan pengadopsian teknologi AI. Integrasi dan alur kerja di seluruh perusahaan menjadi penting dalam hal aliran data saat dalam skala besar. IBM percaya apa yang dibutuhkan perusahaan adalah fondasi data yang baik, arsitektur hak data yang akurat, dan struktur data untuk memungkinkan mereka mengintegrasikan semua data dari perusahaan ke dalam aplikasi atau kemampuan yang menghasilkan kartu skor atau laporan berdasarkan kinerja mereka saat ini.

Keberlanjutan adalah kewajiban bisnis memahami dampak energi dan karbon dari suatu perusahaan bukanlah hal mudah dan dibutuhkan studi data secara besar. Inovasi seperti otomatisasi dapat memungkinkan perusahaan untuk membuat barang yang mereka jual dengan input yang lebih sedikit sehingga berdampak pada rantai pasokan dan penggunaan energi.

“Skala data keberlanjutan yang perlu dikumpulkan perusahaan memerlukan bantuan teknologi yang lebih canggih, memahami jejak enegi dan karbon dari aset perusahaan juga dapat menjadi rumit, kami di IBM percaya bahwa teknologi seperti otomatisasi dapat memberikan kemampuan kepada organisasi dan perushaan untuk mendapat lebih sedikit input untuk menghasilkan apapun yang mereka tawarkan.“ Technology Leader, IBM Indonesia, Cin Cin Go.

Ia juga menambahkan, “Kami juga mencatat bahwa perusahaan tidak akan mengetahui apa kinerja berkelanjutan mereka kecuali mereka dapat membuat dasar atau landasan dan mengukurnya, karena lebih sedikit input yang dibutuhkan untuk satu unit output, lebih sedikit pula energi yang digunakan sehingga akan menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca.”

Sebanyak 44% CEO mengatakan bahwa saat ini mereka tidak memiliki kemampuan untuk menerjemahkan data keberlanjutan menjadi wawasan yang dapat membantu mereka memenuhi target lingkungan.2 Untuk itu, IBM menghadirkan solusi seperti Envizi untuk membantu perusahaan mengotomatiskan pengumpulan dan konsolidasi ratusan jenis data di bawah kerangka kerja pelaporan Environmental, Social, and Governance (ESG) yang diakui secara internasional.

Tenaga Kerja Digital untuk Masa Depan

IBM meyakini, semakin sedikit orang yang memasuki dunia kerja dan semakin sedikit orang yang memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mendorong transformasi digital kedepannya. Munculnya ‘karyawan digital’ yang mengandalkan teknologi AI dan otomatisasi terbaru untuk berkolaborasi dengan para pekerja cerdas dan mengotomatisasi tugas-tugas lain untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan mereka. Dengan begitu, perusahaan perlu meningkatkan dan mengintensifkan pelatihan keterampilan karyawan mereka yang sudah mengetahui budaya dan proses perusahaan mereka.

Technology Leader, IBM Indonesia, Cin Cin Go, menyebutkan “Untuk mendukung peningkatan keterampilan karyawan digital, IBM menghadirkan program SkillsBuild untuk membantu siswa, pencari kerja, dan organisasi memilih pengalaman belajar yang tepat bagi mereka.”

“IBM SkillsBuild dirancang untuk memberi para calon profesional berbagai sumber daya yang kuat tanpa biaya untuk membantu mendorong karir yang lebih baik. Pada akhir 2022, SkillsBuild telah menawarkan lebih dari 1.000 kelas interaktif terkait keamanan siber, analisis data, komputasi awan, dan disiplin teknis lainnya, serta kelas untuk membangun keterampilan seperti kolaborasi dan presentasi dalam berbagai bahasa secara gratis.” jelasnya.

Managing Partner, IBM Consulting Indonesia, Andrian Purnama mengatakan, “Kita berada di saat transformasi digital semakin cepat dan meluas. Setiap organisasi di dunia ingin memanfaatkan teknologi untuk mengubah cara mereka memenuhi permintaan pelanggan, mengoperasikan proses utama mereka untuk bersaing,” ujarnya. (*/fs)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *