oleh

Saat Resesi Ekonomi, Orang Kaya Nahan Belanja, Orang Miskin Sulit Belanja

POSKOTA.CO – Saat ini, ekonomi kita resmi masuk resesi. Selama dua kuartal, pertumbuhan ekonomi kita minus terus. Apa dampaknya resesi bagi kehidupan rakyat? Bagi orang kaya, resesi membuat mereka jadi nahan belanja. Sementara orang miskin yang penghasilannya makin berkurang, tentu saja jadi sulit belanja.

Badan Pusat Statistik (BPS) sudah menyampaikan data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III tahun ini. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga ini minus 3,49 persen. Angka ini masih lebih baik dibanding pada kuartal II yang mencapai minus 5,32 persen. Namun, karena dua kali berturut-turut minus, artinya ekonomi resmi resesi.

Menurut Kepala BPS Suhariyanto, hampir seluruh komponen pengeluaran Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kontraksi. Konsumsi rumah tangga yang selama ini jadi penopang utama ekonomi nasional, anjlok hingga 4,04 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Kata Suhariyanto, angka tersebut masih mending ketimbang kuartal II yang mencapai minus 5,52 persen. “Konsumsi masih minus, tapi tidak sedalam kuartal II. Dan ini menunjukkan arah pemulihan ke arah yang positif,” kata Suhariyanto, Senin (9/11/2020).

Ekonom Indef, Bhima Yudhistira menjelaskan, dampak resesi bagi kehidupan ekonomi rakyat. Kata dia, resesi ditandai dengan fenomena orang kaya yang memang nahan diri untuk berbelanja. Kekhawatiran kelas menengah ke atas belanja di luar rumah masih cukup tinggi. Alhasil, mereka mengalihkan uangnya ke simpanan perbankan atau ke aset aman.

Dia khawatir kondisi ini tidak mengalami perbaikan. “Situasi ini sulit mengalami perubahan apabila masalah fundamental gerak masyarakat terbatas karena pandemi belum juga diselesaikan,” katanya saat dikonfirmasi kemarin.

Bagaimana dengan orang miskin? Kata dia, resesi tentu saja membuat orang miskin makin susah. Pendapatannya bakal jauh berkurang. Akibatnya, daya beli merosot. Orang miskin sulit untuk belanja, karena pendapatan yang tidak memadai. “Pendapatan hanya untuk belanja pada kebutuhan pokok dan kesehatan saja,” tegasnya.

Dampak lainnya, yakni adanya migrasi besar-besaran penduduk di kota menuju kampung halamannya. Akibatnya, desa menjadi padat. Sementara, angka pengangguran makin bertambah. Kondisi Ini akan memicu konflik sosial di masyarakat makin meningkat.

“Orang kaya bisa tetap survive, selain karena aset masih cukup, juga karena digitalisasi. Sementara kelas menengah rentan miskin tidak semua dapat melakukan ‘work from home’, di saat yang bersamaan pendapatan menurun,” tutur Bhima.

Namun, Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo optimis perekonomian semakin membaik. Indikatornya, ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan, ekonomi kembali bergeliat. Dampaknya sangat baik, karena bisa mengerek konsumsi orang kaya.

“Kuncinya ada di kelas menengah atas ketika ekonomi sudah mulai dilonggarkan. PSBB dilonggarkan, ada aktivitas. Diharapkan memang itu menciptakan dampak positif bagi upaya penciptaan lapangan kerja baru,” katanya.

Dia optimis intensitas konsumsi orang kaya berbuah manis bagi perekonomian. Contohnya, saat ini kelas menengah atas mulai berani berlibur di sejumlah kawasan destinasi wisata. Dengan begitu, belanja kelompok ini membantu pemerintah dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. “Karena tidak mungkin mengandalkan stimulus pemerintah saja untuk menopang setiap sektor,” tegasnya.

Namun warga dunia maya ramai-ramai menyampaikan kekhawatiran soal resesi yang sedang terjadi. “Dari hemat pangkal kaya jadi hemat pangkal resesi. Emang hidup serba salah yak wkwk,” kata akun @theoclinton. “Orang miskin mah sudah paling duluan resesi ekonomi.heheee,” sindir akun @abdee1901. (ale)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *