oleh

Pertumbuhan Ekonomi Masih Positif, Potensi Resesi Indonesia Sangat Kecil

POSKOTA.CO – Setelah lolos dari hantaman badai krisis akibat pandemi, kini Indonesia menghadapi ancaman krisis akibat kondisi perekonomian global sebagai imbas perang antara Rusia dengan Ukraina. Sejumlah negara telah mengalami inflasi yang yang cukup tinggi termasuk Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.

Meski demikian, beberapa negara diprediksi tidak mengalami dampak krisis global yang parah, termasuk Indonesia. “Potensi resesi Indonesia sangat kecil,” kata Chief Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede pada Focus Group Discussion (FGD) bertema: “Peluang dan Tantangan Perbankan Menghadapi Resesi Global 2023,” yang diselenggarakan oleh indopos.co.id dan indoposco.id di Aston Kartika Grogol Hotel & Conference Center, Selasa (7/2/2023).

FGD yang menampilkan 4 narasumber yakni Anggota DPR RI Komisi XI Kamrussamad, Anggota Komisi DPR RI Komisi XI Eriko Satarduga, Chief Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede dan Direktur Sistem Manajemen Investasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Syafriadi yang diwakili oleh Taufik Damhuri. tersebut disponsori PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI dan didukung oleh Aston Kartika Grogol Hotel & Conference Center.

Baca juga: Resesi Global Berdampak Gelombang PHK

Menurut Josua, optimisme tersebut bisa dilihat dari proyeksi Bank Dunia dan IMF, dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif. Meski demikian Indonesia perlu mencermati kondisi ekonomi dunia yang melambat seperti Amerika, Eropa dan Inggris. Sebab situasi tersebut dipastikan bakal mempengaruhi kondisi perdagangan dan investasi di Indonesia.

“Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, pertumbuhan ekonomi kita positif di angka 5,31 persen. Ini mengindikasikan kerja sama dan koordinasi antara pemerintah dan DPR berjalan baik khususnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mulai positif sejak tahun 2021 dimana pada 2020 terjadi pertumbuhan negative sebagai dampak dari pandemi. Dan pada tahun 2022 lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik mencapai 5,31 persen.

“Meningkatnya konsumsi masyarakat dan investasi merupakan komponen penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi domestic,” jelasnya.

Baca juga: Resesi Ekonomi Dunia Indonesia Bisa Terdampak Parah

Beberapa indikator lainnya, kata Josua, dari angka penjualan otomotif baik roda dua maupun roda empat mengalami tren yang membaik pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021. Hal yang sama terlihat pada kinerja perbankan pada tahun 2022 membaik, di mana pertumbuhan kredit meningkat.

Dari sisi investasi, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) lanjut Joshua juga berjalan cukup baik. Terutama dari sisi PMA terkait proyek hilirisasi nikel, pertambangan dan petrokimia berjalan cukup baik.

Sementara dari sisi PMA, investasi di bidang pertambangan, transportasi dan komunikasi serta real estate juga bertumbuh positif.

Berdasarkan data BPS terbaru, pertumbuhan di beberapa sektor juga baik seperti manufaktur, perdagangan dan lain-lain.

Pada kesempatan yang sama, Kamrussamad mengatakan, dampak pandemi Covid-19 bukan hanya pada bidang kesehatan, namun juga bidang ekonomi. “Saat ini kita masuk tahun terakhir dengan defisit di bawah 3 persen. Jadi tahun ini kita sudah normal, defisit anggaran kita di 2021-2022 itu bisa di atas 3 persen,” ujarnya.

Dari pandemi Covid-19, lanjutnya, Indonesia bisa belajar mencari sumber pendanaan, salah satunya untuk kebijakan fiskal. Selain itu, dari pandemi ada hikmah positif, sistem keuangan bertransformasi ke digital.“Kita semua dipaksa oleh keadaan. Dari konsumerisme hingga produksi secara digital,” ucap Kamrussamad.

Baca juga: Pemerhati Eropa Timur UI Menilai Serangan Rusia terhadap Ukraina Motif Geopolitik

Lebih jauh ia mengungkapkan, bahwa sistem pengawasan investasi terus didorong parlemen. Sebab, pinjaman online (pinjol) masih banyak menjerat masyarakat. “Kami terus mendorong OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk terus melakukan pengawasan khususnya di bidang investasi perbankan dan lainnya. Berintegritas dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan Polri (Kepolisian Negara Republik Indonesia),” tandas Kamrussamad.

Sementara itu, Pemimpin Redaksi indopos.co.id Juni Armanto berharap FGD ini dapat  memberi output bagi perbankan khususnya di bidang pembiayaan dan pendanaan.

“Perekonomian Indonesia terus menerus menghadapi tantangan, mulai pandemi Covid-19 hingga konflik Rusia-Ukraina. Tentu tantangan resesi global 2023 menjadi masalah besar bagi perekonomian Indonesia,” tutupnya. (*/fs)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *