oleh

Taqwa, Bukan Hanya Ucapan Tanpa Kenyataan

“Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan keadaan Islam”. (QS. Ali Imran: 102).

HAMPIR setiap saat kita mendengar kata-kata taqwa dan semua orang ingin menjadi orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.

Karena memang kedudukan taqwa adalah kedudukan yang paling mulia di sisi Allah Subhana Wa Ta’la.

Taqwa adalah nilai tertinggi dari ujian keimanan seseorang manusia, maka hal tersebut bukanlah sekedar teori, atau sekedar ucapan di bibir saja, tetapi harus dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari.

Taqwa bukanlah sekedar ucapan, tetapi seseorang yang akan terbukti bertaqwa atau tidak bertaqwa, sewaktu dihadapkan pada keadaan memilih, antara melaksanakan perintah Allah atau melanggar perintah Allah Subhana Wa Ta’ala.

Ternyata banyak orang mengaku bertaqwa, padahal disaat-disaat tertentu dia berani melanggar perintah Allah karena mempertahankan status, prestise, harga diri, jabatan dan lain sebagainya.

Menurut sebagian ulama, memang taqwa adalah sikap hati di dalam dada; tetapi sikap hati tersebut harus dapat dibuktikan dalam keadaan dan kegiatan hidup sehari-hari.

Karena Islam, bukanlah sekedar teori, atau pun sekedar ajaran yang dihafal tetapi Islam adalah pedoman yang hidup yang harus dipraktekkan setiap saat.

Orang bertaqwa, berarti selalu menepati janji, berdisiplin, menghargai waktu, selalu bekerja keras sekuat tenaga dan pikirannya.

Bertaqwa juga berarti harus dapat menguasai diri dari godaan hawa nafsu, rayuan syetan, ataupun kehidupan glamour dan menghambur-hamburkan uang atau perbuatan mubazir.

Orang yang bertaqwa berarti mereka yang tidak sombong karena jabatan, pangkat, prestasi ataupun kedudukan; tetapi selalu membantu orang lain dengan segala kemudahan yang didapatinya.

Kalau dalam keadaan kaya, maka dengan segera membantu yang miskin, yang kuat membantu yang lemah, yang pintar dan berilmu membantu yang bodoh (awam).

Bertaqwa juga berarti menjadi manusia yang produktif, bukan konsumtif, berani dalam kebenaran dan malu dalam kesalahan.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam selalu berdoa ; “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu akan petunjuk, taqwa, kemuliaan diri dan kekayaan.” (Riwayat Muslim).

Dengan demikian, maka taqwa tersebut harus dibuktikan dengan usaha nyata untuk melaksanakan segala hal positif dan yang bersifat individu maupun sosial.

Sudah saatnya kita berbenah diri, meningkatkan kualitas hidup kita terutama sebagai mukmin yang bertaqwa. Taqwa yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kalau memang kita ingin mendapatkan predikat taqwa, pangkat termulia di sisi Allah Subhana Wa Ta’ala.

Nashrum minallahi wa fathun qariib wa basysyiril mukminin.
Wallahu ‘Alam Bish Showab.

Aswan Nasution

  • Aktivis Al Jam’iyatul Washliyah di Wilayah Indonesia Bagian Tengah.
  • Lombok, NTB

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *