POSKOTA.CO-Sistem plambing adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan gedung bertingkat. Sistem ini biasanya dipergunakan untuk menyediakan air bersih dan membuang air kotoran serta air buangan ke tempat yang telah ditentukan tanpa mencemari bagian-bagian terpenting lainnya.
“Banyak kerugian yang ditimbulkan jika sistem plambing kurang baik serta tidak dilaksanakannya standar plambing,” kata General Manager Management System Certification and Business Development IAPMO Group Indonesia, Rista Aristiteka Dianameci di Cikarang, Jawa Barat.
Menurut Dianameci, air yang telah diolah akan menjadi sia-sia jika bangunan tidak memiliki sistem plambing yang baik. Bahkan air yang telah diolah dapat terkontaminasi oleh perlengkapan plambing yang tidak memenuhi standar dan instalasi yang tidak sesuai.
Perlengkapan plambing dan instalasi sistem plambing yang tidak memenuhi standar juga berdampak buruk dan membahayakan orang. Misalnya, peningkatan kadar timbal pada perlengkapan plambing dapat menyebabkan kanker dan masalah kesehatan lainnya, atau Gas beracun dari saluran pembuangan dapat memasuki bangunan karena buruknya instalasi toilet/ bathtub/ wastafel sehingga dapat menimbulkan gangguan pernapasan.
Lebih lanjut dia menjelaskan, air yang melalui perlengkapan plambing yang buruk dan dapat menyebarkan penyakit. Sebesar 88% kasus diare diseluruh dunia disebabkan oleh air yang tidak aman dikonsumsi dan sanitasi yang tidak memadai dan bersih.
“Juga dikarenakan kebocoran atau kerusakan pipa dapat memicu asma dan alergi. Kerusakan pada seal penampung air pada sistem drainase juga dapat menyebarkan patogen berbahaya seperti SARS, dan sebagainya,” tambah Rista.
Kerugian keuangan juga mungkin terjadi akibat kerusakan properti pada bangunan dan uang terbuang untuk memperbaiki serta mengganti komponen plambing yang tidak memenuhi standar.
Bahkan kerugian ekonomi dan berdampak negatif pada lingkungan jika pasar menjadi pembuangan produk plambing yang murah dan tidak memenuhi standar. Hal ini akan meningatkan ketergantungan pada air kemasan dan secara signifikan menurunkan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia.
Oleh karenanya, lanjut Rista, menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk dan sistem plambing menjadi penting. Dengan menerapkan SNI, akan menjamin produk berkualitas sehingga mampu melindungi manusia dari masalah keamanan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan hidup. Menerapkan SNI produk dan sistem plambing juga berdampak pada ekonomi nasional, perbaikan kualitas lingkungan hidup dan juga dapat menggerakan sektor pariwisata dan menarik investasi.
“Untuk Negara Indonesia yang sedang berkembang dimana proyek pembangunan juga sangat masif, tentu dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dan paham mengenai sistem plambing tersebut,” jelas Rista.
Bagi IAPMO, standardisasi sistem plambing juga penting pada saat ini dalam pencegahan penyebaran COVID-19. “Salah satu contohnya adalah penyebaran wabah SARS di Hong Kong beberapa tahun lalu yang melalui penelitian oleh World Health Organization (WHO) penyebabnya adalah sistem plambing yang tidak memadai,” ujarnya.
IAPMO siap mendukung Penerapan SNI Plambing dan sistem Plambing hanya dikenal oleh para Insinyur dan praktisi di bidang infrastruktur, dan juga di dunia pendidikan dengan jurusan tertentu yang berbicara mengenai sistem plambing.
Sedangkan di masyarakat sendiri plambing hanya dikenal sebatas produk spesifik “produk pipa”. Padahal jika melihat standar SNI 8153:2015, produk plambing tidak hanya bicara pipa, tapi seluruh produk yang dialiri air untuk kebutuhan air minum maupun air buangan. Sedangkan sistem plambing adalah cara pasang dan aplikasi yang baik produk plambing yang dimaksud pada sebuah bangunan. (*/fs)
Komentar