oleh

Untuk Makan Menunggu Diberi Tetangga, Begini Nasib Nenek Ramini yang Terlupakan Anaknya

POSKOTA.CO – Benarkah negara Indonesia kita ini sudah merdeka sejak 76 tahun silam? Nyatanya, masih ada rakyatnya yang hidup sebatang kara yang tengah berjuang menghabiskan sisa hidupnya dalam kesulitan dan kesusahan tanpa perhatian yang serius baik dari pemerintah daerah maupun pusat.

Kisah itu dialami nenek Ramini yang sudah berusia 80 tahun, warga Desa Sigong Blok Cantilan, Kecmatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat untuk mempertahankan nasib hidup di sisa usianya yang sudah renta.

Menurut pengakuan nenek Ramini kepada POSKOTA.CO, Sabtu (20/3/2021), dirinya kerap meneteskan air mata jika mengingat kelima anak-anaknya yang sudah berpisah meninggalkan dirinya karena sudah berkeluarga, namun hanya setahun sekali kelima anaknya untuk menjenguk saat lebaran.

“Kelima anak-anak saya sudah jauh-jauh semua di Jakarta. Mereka kadang datang hanya setahun sekali, itu pun kalau ngasih cuma Rp20.000 sampai Rp30.000 untuk makan. Ya mau gimana lagi, mungkin usaha anak-anak saya dan keluarganya juga sedang sulit. Selebihnya saya hanya menunggu tetangga-tetangga yang sudah panen padi ada yang ngasih beras, ada juga yang ngasih bangsal kadang ada yang ngasih satu kilo, setengah kilo kadang juga ngasih seperempat kilo. Ya namanya juga orang ngasih, ya saya terima asal cukup buat makan sehari-hari, selebihnya kalau nggak ada yang ngasih terpaksa nenek puasa,” lirihnya.

Masih menurutnya, dari kelima anaknya ada yang masih sayang dan perhatian yang kini tinggal di Desa Beringin. Namun semenjak adanya Covid-19, dia sudah lama juga belum menjumpai dirinya.

“Walaupun anak-anak saya jauh dan mungkin lupa sama saya, tapi saya tidak pernah putus berdoa dan salat malam untuk mendoakan anak-anak saya. Saya pasrah saja, mungkin ini sudah takdirnya hidup saya harus seperti ini,” sambungnya.

“Maklum usia saya sudah begini. Saya nggak bisa usaha lagi, tenaga saya sudah nggak kuat, mata juga sudah tidak jelas melihat. Jadi nunggu dikasih tetangga saja. Sementara dari desa, saya tidak pernah kebagi bantuan apa pun. Mungkin lupa terdata atau gimana, saya nggak tahu, saya malas kalau harus ke rumah pak kades karena kan jauh nggak kuat jalannya,” pungkasnya, dengan sesekali menengadahkan kepalanya ke langit. (why)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *