oleh

Membudayakan Silaturahmi

“Dua golongan dari manusia yang diabaikan Allah pada hari kiamat, yaitu orang yang memutuskan silaturahmi dan tetangga yang buruk kelakuannya.”(HR. Addailami).

Silaturahmi adalah salah satu sendi Islam yang mengatur hubungan antar manusia.

Baik dalam garis keturunan maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan, dengan orang-orang non-Islam pun kita dianjurkan untuk saling berhubungan sebatas tidak berpengaruh terhadap hal-hal yang menyangkut akidah.

Al-Qur’an menekankan supaya orang menjaga baik-baik hubungan silaturahmi, saling berkasih sayang, dan saling membantu dalam kebajikan dan takwa.

Manfaat silaturahmi besar sekali bagi yang giat melakukannya. Ia dapat memperkokoh tali persaudaraan, mempertautkan keturunan yang berpencar-pencar, menghindarkan perpecahan, memperkecil perselisihan, menguatkan sektor ekonomi dan menyamakan visi.

Rasulullah Shalallah ‘alaihi wasalam bersabda, “Yang paling utama dari keutamaan adalah menghubungkan silaturahmi kepada orang yang memutuskan kekeluargaan kepadamu, memberi kepada orang yang kikir kepadamu, dan memaafkan kepada orang yang menganiayamu“.(HR. Thabrani).

Tak ada masalah yang sulit bila semuanya diselesaikan dengan musyawarah dan tak ada musyawarah tanpa silaturahmi.

Silaturahmi harus keluar dari niat yang ikhlas dan dengan tujuan yang baik tanpa dihalangi oleh status sosial dalam kehidupan.

Yang sedang berkuasa tidak merasa segan silaturahmi pada rakyatnya, yang kaya tidak merasa sungkan mengunjungi yang miskin.

Tanpa ada yang merasa terhina, sebab semuanya saling menyadari bahwa status sosial dalam kehidupan tidak bisa menjadi ukuran tinggi rendahnya martabat manusia, karena yang menjadi ukuran mulia atau hina nya manusia adalah ketakwaan nya.

Melaksanakan silaturahmi merupakan bukti keimanan seseorang, sebaliknya orang yang memutuskan silaturahmi termasuk orang yang tercela, di dunia ia akan dijauhi oleh manusia dan akhirat akan mendapat kemurkaan Allah Subhana wa ta’ala.

Kita menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang tidak pernah berbuat salah, apalagi dalam hubungannya dengan sesamanya.

Perbedaan pendapat sering menjadi sumber pertikaian yang dapat mengakibatkan perpecahan dan jatuh korban jiwa.

Saat ini kita saksikan seringnya pertikaian di kalangan elit politik maupun di kalangan rakyat biasa.

Tiada hari tanpa perselisihan dan pertikaian, dan itu terjadi hampir di semua pelosok Tanah Air tercinta.

Seakan-akan bangsa ini telah kehilangan kendali. Padahal, mayoritas penduduknya adalah Muslim dimana salah satu sendi ajaran Islam adalah silaturahmi.

Mengapa kita tidak mampu kembali pada ajaran yang mulia tersebut, apakah keimanan di dada kita sudah tidak ada?

Silaturahmi bila kita budayakan dalam kehidupan kita sehari dalam semua tingkatan, bukankah akan menghasilkan tatanan kehidupan yang indah, terwujud saling pengertian, solidaritas dan persatuan, sehingga bangsa ini terhindar dari bahaya perpecahan.

Wallhu ‘alam bish shawab.

Aswan Nasution

Penulis adalah aktivis Al Jam’iyatul Washliyah di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *