oleh

PURNAMA PRAMBANAN 27

prambananPOSKOTA.CO – Rambutnya sudah memutih semua dan selalu di gelung kebelakang layaknya priyayi Jawa. Parasnya masih menyisakan kecantikan, walau usianya sudah 65 tahun saat ini. Kebaya yang dipadukan dengan jarik/kain wiron serta setagen sebagai ikat pinggang adalah pakaian sehari-harinya.

Luas tanah rumah Eyang Praja 600 meter persegi. Terletak di kampung Gamelan Lor, di dalam beteng Kraton Yogya tidak jauh dari Alun-alun Kidul. Sudah puluhan tahun Eyang Praja tinggal disitu hingga beranak cucu. Rumahnya sangat asri dengan pohon sawo kecik di tengah-tengah halaman rumahnya. Model rumahnya limasan dengan pintu dan jendela bercat hijau.

Eyang Praja masih gesit di usianya, beliau setiap hari madih bekerja mencari uang dengan berjualan batik di Pasar Beringardjo. Suaminya meninggal lima belas tahun yang lalu karena sakit jantung. Ia mempunyai tiga orang anak. Satu orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan, Albertus Purnajaya adalah anak sulung dan anak laki-laki satu-satunya, biasa dipanggil Pur.

Sedang anak yang nomer dua adalah Angela Retno Astuti, wanita yang biasa dipanggil Retno inilah ibunda Diana. Anak bungsu Eyang Praja bernama Anastasia Dewi Anggraeni, dengan Bu Dewi inilah beliau tinggal. Kebetuan Tantenya Diana ini tidak menikah.

Cucu Eyang Praja berjumlah 5 orang, empat orang perempuan dan satu laki-laki. Dari Albertus Purnajaya anak sulungnya Eyang Praja mendapat dua orang cucu yaitu Andreas Arya Bima dan Elisabeth Wulandari. Diana, Ajeng dan Asih adalah tiga cucu dari anaknya Angela Retno Astuti.

Retno Astuti Ibu Diana terlahir dengan paras cantik dan merupakan anak kesayangan Eyang Praja sebenarnya. Tetapi karena Retno menambatkan hatinya kepada laki-laki berbeda agama dan memutuskan menikahinya, hubungan mereka menjadi dingin. Ibu dan anak ini hanya bertegur sapa seperlunya.

Si cantik Wita, penulis kisah ini
Si cantik Wita, penulis kisah ini

Diana adalah cucu yang sudah lama tak penah dilihatnya lagi. Hilang seperti ditelan bumi atau sengaja dijauhkan oleh bapaknya karena sakit hati dan mendendam atas sejarah perkawinannya yang dahulu ditentang. Sejak anaknya Retno bercerai dengan suaminya, Diana cucunya dibawa pergi oleh bapaknya.

Paska perceraian Bapak dan ibu Diana mereka berdua tinggal terpisah di lain kota. Bapak Diana pulang ke Yogya dengan membawa Diana sedang Ajeng dan Asih tetap tinggal di Jakarta bersama ibunya. Tinggal satu kota dengan eyangnya tetapi Diana sejak kecil memang tidak pernah dipertemukan dengan keluarga besar ibunya. Semua diputus oleh ayahnya dengan tidak pernah memberi tahu siapa nama eyangnya dan tinggalnya dimana. Ayahnya tidak pernah mau membicarakan tentang ibu Diana dan keluarganya.

Sore itu ketika Mbok Wongso yang (ditemani Pak/ibu RT) dikenal oleh Eyang Praja membawa anak gadis ke rumahnya, Ia bingung. Siapa anak gadis yang dalam kondisi babak belur, lebam biru-biru di sekujur tubuhnya dibawa ke rumahnya. Eyang Praja tidak mengenali wajah Diana karena hampir lima belas tahun lamanya tidak pernah bertemu. Dia menjerit ketika mbok Wongso mengatakan, anak gadis ini adalah anak Mbak Retno Astuti, Diana namanya!

” Gusti Allah….siapa yang membuat kamu seperti ini Diana?”
(Bersambung..By : Wita Lexia)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *