oleh

PURWAKARTA TERAPKAN BELAJAR LIMA HARI DI SEKOLAH

POSKOTA.CO – Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyatakan wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhajir Effendy terkait Sabtu dan Minggu sebagai hari libur bagi para pelajar sudah diberlakukan di Purwakarta sejak beberapa tahun terakhir.

“Sejak tahun 2008, falsafah kearifan lokal langsung diterjemahkan ke dalam kebijakan berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Sejak tahun itu, diterapkan kebijakan sekolah lima hari dalam sepekan,” kata Kang Dedi sapaan akrab Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Sabtu (10/9).

Di antara alasan diberlakukannya kebijakan tersebut, pelajar harus memiliki waktu yang cukup bersama keluarga. Sehingga, pendidikan informal dalam hal ini didapat oleh pelajar melalui transformasi nilai yang dilakukan oleh para orang tua mereka di rumah.

“Kita (di Purwakarta) sejak tahun 2008 melakukan itu. Jam pelajaran di sekolah kita padatkan, masuk pukul 06.00 WIB serentak di seluruh sekolah, baik desa maupun kota,” ujar Dedi.

Sedangkan jadwal pulang, para pelajar di desa pukul 11.00 WIB dan para pelajar di wilayah perkotaan bisa pulang sekolah pukul 12.00 WIB.

Tidak hanya pengurangan jam pelajaran di sekolah yang sudah diberlakukan di Purwakarta. Bupati juga memiliki gagasan agar pelajaran di sekolah dikurangi. Alasannya, sisi aplikatif dari nilai-nilai akademik jauh lebih penting dibandingkan sekadar mempelajari teori.

“Kalau Mendikbud mengizinkan, kami di Purwakarta akan mengurangi jumlah pelajaran. Karena pelajaran saat ini sudah terlalu banyak dan tidak efektif untuk perkembangan generasi muda,” imbuh pria kelahiran Subang, Jawa Barat, 45 tahun silam ini.

Kang Dedi mencontohkan, pelajaran yang lebih mengarah pada sisi aplikatif adalah pendidikan kewarganegaraan. Anak-anak sekolah dapat langsung diajarkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan vandalisme dan diajak untuk membangun kebiasaan-kebiasaan positif lain yang mencerminkan karakter manusia Indonesia.

“Salat juga diajarkan sambil praktik, mengaji juga begitu. Ujiannya kan bisa menyesuaikan. Nanti bisa sejalan antara pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. Keduanya dimunculkan dalam keseharian,” tutur Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat.

Kamis bebas seragam dan sepatu
Sementara khusus tiap Kamis, kata Bupati Purwakarta kedelapan ini, semua pelajar di daerahnya dibebaskan untuk tidak memakai seragam dan sepatu saat belajar di sekolahnya masing-masing. Sebab, setiap Kamis para pelajar akan mendapatkan pendidikan dengan tema kreativitas siswa.

“Tiap Kamis pelajar di seluruh Kabupaten Purwakarta pergi ke sekolah bebas tak pakai seragam atau sepatu. Pakai sandal jepit juga bebas,” kata pria yang mulai menjabat sebagai bupati pada 13 Maret 2008 ini.

Para pelajar itu, ujar Dedi, dituntut untuk mengeluarkan kreativitasnya selama belajar di sekolah, seperti dalam membuat puisi atau memberikan bunga untuk para gurunya di kelas.

Para siswa juga diajak mengembangkan karakter, bakat, dan kemampuannya.

“Bebas berekspresi dan menunjukkan karakter kreatif mereka. Membangun mental serta menunjukan segala ide kreasi yang ada pada setiap siswa. Saya yakin pasti seluruh siswa akan berlomba-lomba menunjukkan segala kreativitasnya yang selama ini terpendam dan tak memiliki kesempatan untuk ditunjukkan ke orang banyak,” kata Dedi menerangkan.

Kang Dedi pun yakin pola pembelajaran seperti ini akan mampu menjadikan pelajar tak hanya pintar, tetapi juga cerdas.

Menurut Dedi, manusia yang cerdas berkarakter merupakan generasi penerus yang dibutuhkan negara ini. Sebab, setiap orang cerdas pasti memiliki inovasi dan terobosan fenomenal yang nantinya bisa bersaing dengan sumber daya manusia negara maju.

“Bukan hanya pintar, tetapi orang cerdas yang dibutuhkan negara selama ini. Orang cerdas sudah pasti orang pintar, dibarengi dengan pemupukkan ajaran agama dan keteguhan keimanan yang mampu membangun dan menggali seluruh potensi yang dimiliki negara ini,” ujar Dedi.

“Misal orang pintar kebanyakan berhitung kemiskinan dengan matematis dan rencana, tetapi orang cerdas berani melakukan terobosan dan langsung terjun ke lapangan mengatasi bagaimana segera membantu warga miskin,” pungkas Bupati Dedi yang pernah menjabat Ketua PC Pemuda Muslimin Indonesia dan Sekretaris KAHMI Purwakarta pada 2002 ini. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *