oleh

Jika Tak Mampu Memberi, Cukuplah dengan Tidak Melukai Perasaannya

POSKOTA.CO – Allah ingin, agar kita hidup dalam suatu perdamaian dengan semua orang. Pertanyaannya, mengapa Tuhan ingin perdamaian di antara kita manusia?, karena konflik yang belum diselesaikan dan berkepanjangan, mempunyai dampak yang bisa menghancurkan peradaban kehidupan sosial bermasyarakat.

Catatan berikut ini adalah tiga dampak yang bisa menghancurkan peradaban dari konflik yang belum diselesaikan. Pertama, konflik yang belum diselesaikan akan menghalangi persekutuan kita dengan Allah. Bila kita berada dalam hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain, maka tidak mungkin kita bisa hidup harmonis dengan Allah.

Jika kita diganggu oleh konflik dengan orang lain, maka tidak mungkin kita memiliki hubungan yang jernih dengan Allah.

Alkitab dalam 1 Yohanes 4:20 menyatakan, jikalau seorang berkata, aku mengasihi Allah, namun ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

Kedua, konflik yang belum diselesaikan akan menghalangi doa-doa kita. Berulang kali Alkitab menyatakan bahwa saat hidup kita diwarnai dengan konflik, dosa, ataupun ketidakharmonisan maka doa-doa kita akan terhalang.
Alkitab dalam Yesaya 59:2 tegas menyatakan, tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.

Ketiga, konflik yang belum diselesaikan akan menghalangi kebahagiaan kita. Tidak mungkin kita bisa bahagia sekaligus terlibat di dalam konflik pada waktu yang bersamaan.

Ketika konflik masuk melalui pintu depan maka kebahagiaan akan keluar lewat pintu belakang. Begitu konflik terjadi, maka tidak mungkin konflik bisa hilang dengan sendirinya dan tidak mungkin pula kita bisa melenyapkan konflik dengan mengabaikan, menyangkal, atau menyembunyikannya di balik karpet .

Pernahkah kita mendengar ungkapan, “Waktu akan menyembuhkan atau memulihkan segalanya”?. Sesungguhnya bagi penulis, ungkapan itu sama sekali tidak benar. Kenapa?, karena waktu tidak mungkin bisa menyembuhkan atau memulihkan apa pun. Bila waktu bisa menyembuhkan segalanya, maka kita, tidak perlu pergi ke dokter jika merasa sakit.

Jikalau kita mengalami luka yang terbuka dan tidak mengobatinya, maka luka itu akan membusuk. Keadaan yang serupa akan terjadi dengan konflik. Kemarahan akan berubah menjadi suatu kebencian dan kebencian akan berubah menjadi sebuah kepahitan.

Karena itu, untuk bisa melenyapkan konflik, maka kita perlu memiliki kemauan untuk menyelesaikannya. Jangan menunggu hingga orang yang berkonflik dengan kita, lebih dahulu mendatangi kita.

Datanglah kepada siapa kita terlibat konflik dan ambillah inisiatif serta jadilah pembawa damai. “Hanya orang yang berani saja yang akan berusaha untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Menghadapi konflik yang telah lama kita abaikan, merupakan tindakan paling berani,”kata Yapy Melianton Doroh, Majelis jemaat GPIB Zebaoth Bogor.

Timbul pertanyaan, lalu di mana kita menemukan keberanian untuk menghadapi serta menyelesaikan konflik?.
Jawabannya, kita bisa mendapatkan keberanian itu dari Allah. Alkitab dalam 2 Timotius 1 : 7, “sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”

“Mintalah, agar Roh Allah memenuhi hidup kita, dan kita akan mendapati bahwa diri kita dipenuhi dengan kekuatan, kasih, serta disiplin diri,”kata Yapy.

Diakhir tulisan, penulis mengajak, mari kita renungkan beberapa hal yang kerap terjadi.
Apa dampak negatif dari konflik dalam hidup kita hari ini?
Apa yang akan kita lakukan hari ini, untuk berinisiatif dalam menyelesaikan konflik tersebut?.
Apa arti dari membiarkan Roh Allah memenuhi hidup kita?.

Ingat, kasih Allah akan mengalahkan rasa takut kita, memberi kita keberanian untuk menyelesaikan konflik yang kita alami, dan membawa pemulihan di dalam hubungan kita.

Mengutip dari kitab Roma 12 : 10, hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
Bila saat ini masih bisa melihat orang-orang yang kita kasihi tersenyum, maka hargailah kebersamaan itu.
Kita tidak pernah tahu sampai kapan, waktu berpihak pada kita.

Ada saatnya kita akan kehilangan, dan semua senyuman itu menjadi kenangan. Jangan sampai menyesal karena kita tidak sempat melakukan apa-apa . Selagi masih bisa bersama, masih bisa berjumpa, maka sayangilah dengan tulus. Bila kita tidak mampu memberi sesuatu kepada orang lain, cukuplah dengan kita tidak melukai perasaannya. (#)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *