oleh

HARMONI DAN ‘BIRD VIEW’

Oleh: Brigjen Pol Dr Chryshnanda Dwilaksana MSi

DI dalam pertunjukan suatu konser peran sang dirijen sangat menentukan untuk adanya harmoni nada dan suara dari berbagai alat musik yang dimainkan oleh banyak orang. Bisa dibayangkan apa jadinya jika tanpa harmoni. Pasti akan sumbang bahkan bisa konflik antarpemain. Demikian halnya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan perlu adanya harmoni walau potensi-potensi konflik ada. Harmoni memerlukan adanya seni untuk menyatukan antara berbagai kepentingan. Dalam masyarakat yang majemuk potensi konfliknya begitu besar bahkan mungkin bisa mencabik-cabik nilai-nilai kemanusiaan bahkan kebangsaan.

Tatkala sang dirijen tidak menguasai para pemusik dan penyanyinya atau salah memberi aba-aba atau perintah terjadilah disharmoni. Di dalam kehidupan sosial pun tatkala terjadi disharmoni maka akan menjadi kontra produktif. Tiadanya rasa aman atau kalaupun aman dalam kondisi terpaksa dan di bawah tekanan. Keamanan yang ada rasa aman ini menunjukkan ada harmoni yang dibangun dalam kondisi kesadaran saling memdukung bukan saling serang atau saling menggerogoti. Analogi tubuh manusia tatkala terjadi komplikasi antarfungsi tubuh yang saling menggerus berarti ada sesuatu yang akut. Dalam jaringan kulit saja apabila kesusupan sesuatu yang kecil saja akan sangat menganggu. Mata apabila kemasukan debu akan tidak normal. Di antara gigi ada yang nyelip walau kecil akan tidak nyaman. Harmoni dalam kehidupan sosial ini pun juga demikian tatkala ada sesuatu yang mengganggunya.

Harmoni dalam kehidupan sosial begitu kompleks salah satunya yang berkaitan dengan primordialisme atau yang boleh dikatakan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan). Adu domba dengan labeling dan hembusan kebencian akan menjadi suatu isu yang digunakan menyengat rasa dan harga diri untuk pembenaran dan memggalang solidaritas.

Akar masalah bukan pada primordialnya, melainkan pada perebutan sumber-sumber daya. Di era digital pemanfaatan media sosial menjadi marak dan masalah hoaks pun merajalela. Tanpa kecerdasan sosial maka akan mudah terprovokasi meyakini pembenaran-pembenaran yang diragukan kebenarannya. Penggunaan primordialisme ini menjadi pilihan karena paling mudah dan memiliki kekuatan sosial besar.

Menjaga dan memelihara harmoni dalam kehidupan sosial tidak lagi dengan cara-cara lari-lari di dalam labirin, melainkan perlu cara-cara berpikir dengan model bird view sehingga dapat melihat dari mana kondisi riil nya maupun arah ke depan yang ditujunya. Dengan model bird view penanganan akan lebih mudah mengatasinya baik dalam strategi pencegahan, perbaikan, peningkatan, kualitas maupun pembangunan. Seringkali prediksi antisipasi dan solusinya tidak terlihat bahkan seringkali tidak ada.

Strategi bird view merupakan bagian sistem elektronik di era digital. Pembangunan sistem big data dan pelayanan one gate service melalui e-goverment, e-banking, dan e-policing menjadi modelnya. Sistem data yang terintegrasi serta pelayanan-pelayanan virtual akan memangkas mafia birokrasi dan mafia-mafia jalanan yang semuanya itu meninggalkan jejak-jejak digital. Tanpa sistem online, maka cara-cara manual parsial yang konvensional akan banyak terbentur di labirin-labirin primordial dan tidak mampu menguak otak atau aktor intelektual yang menjadi dalangnya.

Generasi 4.0 merupakan generasi serba digital dan memiliki kesadaran virtual secara terhubung atau online yang serba smart. Sejalan dengan harmoni konsep smart city menjadi penting dan mendasar. Smart management dalam berbagai smart pelayanan publik akan membuka tabir primordialisme. Value bahagia dalam tempurung kedunguan pun bisa diurai. Pola pencerdasan dan sistem-sistem harmoni dalam kehidupan sosial dengan model bird view membuat dunia tanpa batas, sekat, ruang dan waktu dari lokal pun mampu mengglobal. Premanisme dan cara-cara palak-memalak bisa diatasi bahkan menghilangkanya. Konsep harmoni dalam bird view dengan sistem big data dan sistem-sistem online akan mampu meminimalisasi kesempatan terjadinya penyimpangan sosial yang berujung disharmoni. Back officeapplication dan network akan menjadi pilar-pilar era digital membangun dan memelihara harmoni dalam kehidupan sosial melalui big data dan one gate service(Penulis adalah Dirkamsel Korlantas Polri)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *