oleh

Pejudo Perkenalkan Terapi Pijat Syaraf Kejepit ala Tiongkok

POSKOTA.CO – Penderitaan syaraf kejepit yang sangat menyakitkan memperkenalkan pejudo Peter Taslim kepada Chris Leong, yang telah dikenal dengan terapi pijat Tiongkoknya. Dalam waktu singkat cidera syaraf kejepit sembuh.

Tak puas sebagai “pasien”, kini Peter ikut mempelajaru teknik pijat Tionglok Kuno yang diajarkan Chris Leong. “Sudah bisa mengenali otot otot vital. Sudah bisa praktik dengan pengawasan, ” kata Chris Leong saat memperkenalkan Peter sebagai terapis di CLM cabang Jakarta Kelapa Gading, yang baru diresmikan pembukaannya awal Juni 2021 ini.

Gerai perdana CLM (Chris Leong Method) di Indonesia diresmikan oleh Jendral Purn. Wiranto, mantan Panglima dan Menko Polkam. Peter Tasim, 43, yang menyumbang medali di SEA Games 2019 lalu menyatakan, metode pijat CLM sangat membantunya sembuh dari cedera yang dialaminya.

Berbeda dengan terapi medis ala Barat, yang memerlukan biaya mahal dan waktu lama, pijat Tiongkok CLM cepat. Bahkan sekali atau dua tiga kali pertemuan. “Sebagai atlet saya biasa mengalami banyak cidera. Patah tulang di beberapa bagian tubuh sudah saya rasakan. Saya anggap biasa. Tapi saat mengalami syaraf kejepit leher, sepulang tanding dari Jepang, saya menderita sekali, ” ungkapnya.

Setelah ketemu Chris dia langsung diobati ditarik syarafnya dan lega. Sebagai ungkapan syukur, dia mempelajari CLM. “Buat bantu temen lain yang alami cedera karena Master Leong sering bantu orang juga,” kata kakak kandung aktor Joe Taslim ini.

“CLM ini menggabungkan seni penyembuhan dari praktik perawatan tradisional Tiongkok dengan pendekatan medis modern seperti penggunaan sinar X, standar kebersihan ketat dan teori biomekanik. Selain itu, juga disediakan terapi holistik dan alami untuk merawat pasien,” ujar Chris Leong, 56, kepada awak media.

Pria Tionghoa asal Malaysia itu menyatakan bahwa pandemi Covid-19 membuat banyak orang terpaksa bekerja dan melakukan banyak aktivitas dari rumah, sehingga aktivitas fisik berkurang.

“Kebiasaan baru bekerja dari rumah atau WFH akibat pandemi Covid-19 ini membuat banyak orang duduk di depan komputer, atau tiduran di sofa, dalam waktu lama meningkatkan risiko kondisi muskuloskeletal seperti nyeri leher dan punggung bawah. Hal ini semakin menurunkan kualitas hidup jika tidak ditangani secara serius,” terangnya.

Duduk di depan komputer atau rebahan dengan posisi yang tidak benar menurut struktur tulang, meningkatkan risiko kondisi ‘muskuloskeletal’ seperti leher dan sakit punggung bawah. Hal ini semakin menurunkan kualitas hidup jika tidak ditangani, ” tutur

Stephy Ng, Direktur Operasional CLM yang mengelola cabang Kelapa Gading kini. Dikatakannya, meski baru diresmikan, mereka yang mendaftar untuk diterapi CLM sudah terjadwal hingga Agustus 2021 mendatang. Pasien dibatasi karena CLM menerapkan prosedur Covid secara ketat – Dms.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *