oleh

NURDIN HALID DAN ISTRI BLUSUKAN KE PASAR

POSKOTA.CO – Calon Gubernur Sulawesi Selatan dengan nomor urut-1, HAM Nurdin Halid atau NH semakin mantap melangkah menuju kursi Sulsel-1. Hal ini dapat dilihat dari begitu antusiasnya masyarakat menyambut kehadirannya, kemana pun dia berkunjung.

Pada Selasa (21/3) lalu, NH bersama isteri dan rombongan blusukan ke Pasar Pekkae, Kecamatan Tanete Rilau. Barru. Di sini pun, NH yang juga menjabat sebagai dewan koperasi disambut luar biasa oleh pengunjung dan pedagang pasar.

Seorang ibu pedagang pisang merasa keget ketika dihampiri lalu disapa oleh NH. Ibu itu pun tak menyangka ketika NH menanyakan berapa harga pisang. :Bertapa dijual pisang ini, Bu,” tanya NH sambil menunjuk pisang raja.

“Oh, ini jika Bapak Nurdin mau tidak perlu membayar, saya berikan kepada Bapak,” kata Sunah, pedagang itu. “Saya merasa Pak Nurdin menghargai kami orang kecil. Pisang itu tak ada nilainya dibanding perhatian pak Nurdin,” katanya.

Ketika isteri NH mengeluarkan uang untuk mambayar pisang, lagi-lagi ditolaknya dengan halus. “Gak perlu dibayar, Bu,” kata Ibu Sunah.

Kepada wartawan pedagang pisang itu mengakui sudah lama mengenal nama Nurdin Halid, sebagai seorang pengusaha, politikus dan ketua beberapa organiasi kemasyrakat dan olah raga. “Saya tahu dia itu orang baik, saya spontan memberikan pisang karena senang ternyata Pak Nurdin mau datang ke sini ke pasar ini dan mau menyapa saya,” ucapnya.

Dia berharap NH yang menjabat sebagai Ketua dewan Koperasi nantinya terplih menjadi Gubernur Sulsel dan mau merenovasi Pasar Pekkae menjadi lebih layak. “Kami mendoakan supaya Pak NH terpilih.. Kami rindu ingin punya gubernur yang berpihak kepada rakyat kecil,” ucapnya.

Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan kecil yang masing – masing dipimpin oleh seorang Raja yaitu : Kerajaan Berru (Barru), Kerajaan Tanete,Kerajaan Soppeng Riaja dan Kerajaan Mallusetasi.

Di masa pemerintahan Belanda dibentuk Pemerintahan Sipil Belanda dimana wilayah Kerajaan Berru,Tanete dan Soppeng Riaja dimasukkan dalam wilayah Onder Afdelling Barru,yang bernaung dibawah Afdelling Pare Pare Sebagai kepala Pemerintahan Onder Afdelling diangkat seorang control Belanda yang berkedudukan di Barru, sedangkan ketiga bekas kerajaan tersebut diberi status sebagai Self Bestuur (Pemerintahan Kerajaan Sendiri) yang mempunyai hak otonom untuk menyelenggarakan Pemerintahan sehari-hari baik terhadap eksekutif maupun dibidang yudikatif.

Dari sejarahnya, sebelum menjadi daerah-daerah Swapraja pada permulaan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, keempat wilayah Swapraja ini merupakan 4 bekas Selfbestuur didalam Afdeling Pare-Pare.

Pada 20 Pebruari 1960, berdasarkan Undang-Undang Nomor 229 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tk. II di Sulawesi Selatan Kabupaten Barru terbentuk sebagai daerah TK II dengan Ibukota Barru.

Kabupaten Barru terbagi dalam 7 Kecamatan dan 54 Desa/Kelurahan, dengan jumlah penduduk berpenduduk sebanyak 159.235 jiwa (tahun 2006).

Di Kabupaten ini, NH melantik 130 pengurus Tim Perempuan Pejuang (TPP) pada awal tahun lalu, tepatnya, Sabtu (27/1/2018).

Dalam pengukuhan itu, NH meminta agar TPP Barru dapat mengambil bagian dalam kebijakan dan program NH-Aziz dalam hal ini bersama membangun kampung.

“Perempuan harus ambil peran dalam setiap kebijakan pemerintah saat ini, serta menyonsong program kami ke depan seperti halnya bersama membangun kampung,” kata NH.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *