oleh

Jaga, Pelihara dan Awasi Lidah Kita

RASULULLAH Shalallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, : “Yang paling aku takutkan bagi umatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah.” (HR. Abu Ya’li). Dalam hadits lain Nabi Saw. bersabda, : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.” (HR. Athabrani & Al Baihaqi).

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, : “Barangsiapa melihat kemungkaran hendaklah ia merobah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dengan lidahnya (ucapan), dan apabila tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah”. (HR. Muslim).

Lidah hanyalah sekerat daging. Namun, jika manusia melepaskan kendali terhadap sekerat daging itu, maka manusia akan terjerumus ke dalam kehancuran. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika lidah bisa menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam neraka.

Sabda Rasulullah Saw, : “Rasulullah Saw. ditanya tentang sebab-sebab paling banyak yang memasukan manusia ke surga. Beliau menjawab, “Ketaqwaan kepada Allah dan akhlak yang baik.” Beliau ditanya lagi, “Apa penyebab banyaknya manusia masuk neraka?” Rasulullah Saw. menjawab, “Mulut dan kemaluan.” (HR. Attirmidzi & Ibnu Haban).

Sesungguhnya lidah adalah pintu semua kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu, hendaknya seseorang mukmin menutup (menjaga) lidahnya sebagaimana dia menutup (menjaga) emas dan peraknya.

Rasulullah Saw. telah bersabda, : “Allah merahmati seorang yang menjaga lidahnya dari segala keburukan. Yang demikian itu adalah sedekah bagi dirinya.” “Tidak selamat seseorang dari dosa hingga dia menyimpan lidahnya.” “Lidah adalah ukuran. Tidak hati-hati dalam menggunakannya adalah kebodohan, dan hati-hati dalam menggunakannya adalah kecerdasan.

Juga dalam hadits lain Nabi Saw. bersabda, : “Bukan akhlak seorang mukmin berbicara dengan lidah yang tidak sesuai kandungan hatinya. Ketenangan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari setan.” (HR. Asysyihaab).

Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap lidah. Untuk menjadi orang yang bijaksana, kita dituntut untuk tahu bagaimana menggunakan lidah kita, kapan dan bagaimana, sehingga kita berkata pada tempatnya dan diam pada tempatnya, tidak mengupat orang lain, tidak mengadudomba orang lain, tidak merendahkan orang lain dengan ucapan, tidak memperolok-olok orang lain, tidak mengatakan sesuatu yang buruk kepada orang lain, dan sebagainya.

Nabi Saw. bersabda, : “Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang minta-minta yang memaksa.” (HR. Aththahawi). “Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya.” (HR. Ahmad).

Seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah Saw, “Berilah aku nasihat.” Rasulullah Saw. berkata, “Jagalah lidahmu.” Laki-laki itu berkata lagi, “Ya Rasulullah, nasihatilah aku.” Rasulullah Saw. berkata, “Jagalah lidahmu.” Untuk ketiga kalinya laki-laki itu berkata lagi, “Ya Rasulullah, nasihatilah aku.” Rasulullah Saw. pun berkata, “Tidaklah manusia di masukkan ke dalam neraka dengan posisi hidung di bawahnya kecuali disebabkan lidahnya.” “Lidah itu binatang buas, jika dilepaskan maka dia menggigit.”

Peribahasa hikmah yang termasyhur berkata, “Lidahmu adalah kuda mu: jika kamu menjaganya maka dia akan menjaga mu, dan jika kamu menghianati nya maka dia akan menghianati mu.”

Sekerat daging yang berada di mulut kita ini akan berubah menjadi binatang buas yang menggigit jika kita membiarkannya. Jika kita menjaga lidah kita maka dia akan menjadi benteng yang kokoh yang akan menjaga kita. Namun, jika kita menghianatinya dan melepaskan tali kendali atasnya maka benteng itu menjadi runtuh dan menghancurkan kita.

Lidah juga merupakan nikmat utama yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya. Lidah mempunyai kebaikan yang banyak dan manfaat yang besar bagi kita yang memelihara dan menggunakannya untuk kemashlahatan yang karenanya ia diciptakan bagi manusia.

Allah Swt. telah menganugerahkan lidah kepada manusia, agar digunakan untuk berzikir kepada-Nya, membaca kitab-Nya, memberi nasihat kepada orang lain, menyeru orang lain kepada ketaatan kepada-Nya, dan mengenalkan orang lain kepada apa yang diwajibkan Allah atas manusia dengan menjungjung tinggi semua hak-hak-Nya.

Dalam hal ini Nabi Saw. bersabda, : “Bertaqwalah kepada Allah karena itu adalah kumpulan segala kebaikan, dan berjihadlah di jalan Allah karena itu adalah kerahiban kaum muslimin, dan berzikirlah kepada Allah serta membaca kitab-Nya karena itu adalah cahaya bagimu di dunia dan ketinggian sebutan bagimu di langit. Kuncilah lidah kecuali untuk segala hal yang baik. Dengan demikian kamu dapat menghalahkan setan. (HR. Athabrani).

Perlu diingat, bahwa lidah adalah anggota tubuh yang penting dan paling berkuasa di antara anggota tubuh yang lain, ia juga paling kuat untuk menarik tuannya kepada kecelakaan, manakala tidak dijaga, dipelihara dengan baik dan tidak diawasi dari perkara-perkara yang diharamkan Allah Swt.

Supaya kita meraih hikmah maka kita harus menjadi orang yang berakal. Dan, untuk menjadi orang yang berakal, maka akal kita harus menjadi pemimpin bagi lidah kita, bukan sebaliknya. “Lidah orang yang berakal berada di belakang hatinya, dan hati orang yang bodoh berada di belakang lidahnya.” Wallahu A’lam bish Shawab.

Karsidi Diningrat, adalah Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung, Anggota Pengurus Besar Aljam`iyatul Washliyah di Jakarta.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *