oleh

BIBIT PENARI GANDRUNG DI SANGGAR SAYU SARINAH -pertama

dan1POSKOTA.CO – Tari Gandrung adalah salah satu ciri khas kesenian tari asal Banyuwangi, kota yang dijuluki ‘Sunrise of Java’. Bahkan kini setahun sekali –sejak Bupati Banyuwangi dijabat oleh Abdullah Azwar Anas– digelar apa yang dinamakan ‘Gandrung Sewu’ (Seribu Gandrung) yang dilaksanakan di Pantai Boom Banyuwangi.

Disana, baik warga Banyuwangi, luar Banyuwangi sampai turis Eropa dan Amerika tumplek menyaksikan tontonan spektakuler tersebut. Disana seribu gandrung (bahkan lebih) yang cantik-cantik dan bahenol –megal-megol menari ditengah terpaan angin pantai dan debur ombak Selat Bali yang ditabuh penunggu Samudra. Sungguh mempesona.

Lantas dari mana gandrung-gandrung itu dikoordinir? Ternyata Banyuwangi memiliki banyak sanggar tari yang terus menggembleng atau membibit penari-penari cilik.

Salah satunya ‘Sanggar Tari Sayu Sarinah’ yang didirikan oleh dan dipimpin langsung oleh legenda hidup penari gandrung Banyuwangi, Supinah. Wanita yang sampai kini masih nampak aura bintangnya sebagai ‘Ratu Panggung’.

Supinah, dengan profesinya sebagai penari gandrung sudah melalang buana ke berbagai negara Eropa dan Amerika. “Itu hanya bonus, saya tak menyangka bisa menari di luar negeri. Selama ini saya hanya mencoba menggeluti profesi sebagai gandrung dengan setia, sungguh-sungguh dan ihlas,” ujar Supinah.

Sanggar milik Supinah itu terletak tak jauh dari rumah Supinah. Di desa Olesari yang asri, indah, sejuk, udaranya bersih dan dikelilingi sawah-sawah. Bersama sang suami yang juga aktifis kesenian Banyuwangi, Supinah mengelola sanggar tersebut.

Ia mengaku, sanggar itu didirikan demi melestarikan kekayaan budaya bangsa sendiri, agar tidak hilang, agar tidak diaku oleh pihak yang tak berhak. “Kalau tidak kita sendiri yang menjaga, kepada siapa kita mengharapkan menjaga budaya sendiri?” tanya Supinah

Di usianya yang sudah setengah abad, Supinah yang kini tak lagi menari, merasa berkewajiban menjaga kelestarian tarian gandrung. Pada tanggal 1 Januari 2016 lalu sanggarnya berusia 1 tahun. Sempat dirayakan dengan sederhana, namun penuh makna –pada malam hari. Dari sanggarnya ini jika malam hari bisa melihat keindahan kerlap kerlip pantai Selat Bali.

Kenapa sanggarnya ini dinamakan ‘Sanggar Sayu Sarinah’ –bukan nama Supinah sendiri yang sudah melegenda? Menurutnya, itu bentuk penghormatannya kepada Sayu Sarinah sebagai penari Seblang pertama.

Tarian Seblang adalah ritual tarian yang digelar beberapa hari pasca Iedul Fitri, setiap tahun. Dari zaman dulu sampai sekarang tarian Seblang digelar di desa Olesari, tempat sanggar Supinah ini berdiri. “Saya sangat mengagumi Sayu Sarinah,” ujar Supinah.  oleh-dann julian (bersambung)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *