oleh

Caleg Stres, Tertawa dan Berteriak

ilustrasi
ilustrasi

POSKOTA.CO – Menangis….tangannya mengepal sambil berteriak. Sesekali tertawa itulah para caleg (calon legislatif) yang stress karena gagal ke meja wakil rakyat. “Apa yang dia minta selalu saya berikan, tapi tak ada yang memilih saya,” teriak seorang caleg sebut saja Al, di Desa Sinabang, Aceh.

Sejumlah caleg stres kini mulai bermunculan. Selain di Aceh di Cirebon, Witarsa, yang gagal sebagai Caleg Partai Demokrat untuk Dapil Jabar X ini mengalami stres akibat perolehan suaranya sangat minim, sehingga gagal menjadi anggota DPRD Jawa Barat.

Pihak keluarga terpaksa membawa Witarsa
ke padepokan di Desa Sinarancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. “Semua sudah dijual, tapi gagal,” ungkap seorang anggota keluarganya.

Mestinya, kata Wahyu, RSU Gunungjati, Cirebon, menyediakan tempat layanan bagi caleg depresi karena jika mereka harus berobat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, butuh biaya tinggi. Selain itu, jaraknya cukup jauh.

Ahmad, anggota keluarga dari caleg gagal lain, mengaku butuh tempat layanan untuk para caleg yang mengalami depresi karena kurang puas dengan layanan ketika berobat di paranormal.

Sementara itu, pemilik Padepokan Al-Busthomi, Ustaz Ujang Busthomi, mengaku, para caleg gagal yang mengalami depresi sudah mulai berdatangan. Mereka butuh pengobatan untuk mengembalikan kesehatan jiwanya setelah kalah dalam Pemilu Legislatif 2014.

DUA LEGISLATOR

Dua calon legislator yang diduga mengalami gangguan kejiwaaan juga masuk ke Poliklinik Kejiwaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) W.Z. Johannes Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Pihak rumah sakit merahasiakan identitas kedua caleg yang mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kota Kupang dan DPRD Provinsi NTT.

“Suami saya terguncang karena sudah mengeluarkan banyak uang untuk membiayai pencalonan, ternyata tidak terpilih,” kata istri salah satu caleg yang menolak namanya ditulis, Sabtu, 12 April 2014.

Satu caleg lagi yang dintar berusia sekitar 45 tahun. Menurut keluarganya, tertipu oleh timnya yang selalu minta dana kampanye. Tapi tak ada hasilnya.

Direktur RSUD Johannes Kupang, Alfons Anapaku, enggan berkomentar ditanya soal caleg yang berobat di rumah sakit itu. “Semoga dia lekas sembuh kasihan keluarganya kalau kita sebut identitasnya,” kilah sang dokter.

KISAH CALEG

Kisah soal caleg memang beragam. Seorang Caleg di Daerah Pemilihan (Dapil) I Simeulue, dia hanya mendapat dua suara. Padahal, janji tim sukses caleg sebut saja Ang, ini yakin bakal melenggang ke kursi DPRK.

“Dulunya apa yang mereka minta saya bantu, tapi dari sana saya hanya dapat dua suara,” kata pria paruh baya iut terus nyerocos.

Bahkan kata dia, jauh hari sebelum pelaksanaan Pileg, dirinya telah membantu setiap kesulitan dan kepentingan untuk warga dan desa yang dianggap nantinya dapat mencoblos namanya saat pesta demokrasi.

KH. Abah Anom, pengasuh Pondok Pesantren Al Jauhariyah di Balerante, Palimanan, Cirebon menyayangkan para caleg yang menghalalkan segala cara demi menjadi seorang anggota dewan termasuk melakukan money politics.

Menurut Abah, sebagian besar caleg gagal yang datang ke tempat banyak menghabiskan duit untuk nyogok warga.
Mereka tidak bisa menerima kenyataan untuk kalah. Hal ini karena mereka sudah mengeluarkan uang banyak demi menjadi anggota dewan.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *