oleh

KISAH ADAM DAN HAWA bag-4

POSKOTA.CO – Dia tak meminta apa-apa, hanya mempertahankan sebuah pohon untuk Dia. Tapi, mereka harus mendapatkan buah dari pohon yang terakhir ini. Mereka memiliki iman kepada semuanya kecuali Tuhan.

Mereka bahkan mempercayai seekor ular dan makan apa yang seharusnya tidak mereka makan. Setelah menelannya, barulah mereka menyadari penderitaan apa yang mereka buat bagi diri mereka sendiri, dan apa yang baik dan buruk. Pada saat itu, Tuhan juga telah mengetahui bahwa mereka tak memiliki cukup iman, dan bahwa mereka tak layak menjadi sahabat-Nya.

Ada banyak benda di dunia ini, masing-masing berbeda harganya. Misalnya,
jika membeli berlian, kita harus membayar banyak uang, tapi kita tak
perlu membayar sebanyak itu untuk emas. Kita bahkan membayar lebih
sedikit untuk sepotong perak.

Sepotong besi berharga beberapa ratus dolar, tapi emas berukuran sama dapat berharga sepuluh kali lebih. Sama halnya, jika mereka ingin menjadi sahabat Tuhan dan menikmati apa saja yang ada di Eden, mereka harus mengikuti aturannya.

Jika mereka bahkan tak dapat mengecualikan satu pohon, bagaimana mereka dapat tinggal di sana? Orang harus saling menghormati jika mereka tinggal bersama. Saya mungkin punya satu permintaan untuk kalian dan kalian mungkin juga punya satu permintaan untuk saya, dan kita hanya perlu bekerja sama.

Itulah moral dari cerita ini, bukannya Tuhan sungguh menginginkan sesuatu dari Adam dan Hawa. Tuhan berpikir bahwa jika Dia memberi mereka segala
sesuatu tapi tanpa aturan-aturan, itu akan jadi membosankan. Karena itu,

Dia memberi mereka segala sesuatu kecuali pohon ini, hanya untuk selingan. Sayangnya, mereka tidak memahami ini dan akhirnya lebih mendengarkan seekor ular daripada Tuhan, penyokong mereka. Itu menjijikkan! Jadi, mereka ‘tamat’ setelah mereka menuruti sang ular.

Jika kalian berpendapat bahwa seekor ular lebih baik daripada Tuhan, kalian sungguh tidak layak menjadi sahabat-Nya, ya kan? Kalian telah mengkhianati kepercayaan-Nya dan merusak kerja sama antara kalian dan Dia.

Kalian menginginkan cara kalian sendiri. Kalian tidak menghormati pendapat-Nya, meski itu tidak merugikan kalian sama sekali. Dengan begitu banyak hal di tangan kalian, apa lagi yang mungkin kalian inginkan? Jadi, itulah ego, hasrat untuk menjadi seagung Tuhan. (bersambung)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *