oleh

DIPALAK ITU SAKITNYA DI SINI


Oleh: Brigjen Pol Dr Chryshnanda Dwilaksana MSi

PREMAN menjengkelkan dan dianggap benalu karena memalak. Bagi yang dipalak sakitnya sampai di sini — sambil menunjuk pantatnya yang bolong. Bisa dibayangkan jika pantatnya bolong bagamimana akan duduk, berdiri pun tetap terganggu bahkan untuk tidur pun tak nyaman. Orang yang biasa memalak memang tidak merasa bersalah bahkan tiada rasa empati yang dipalak sekarat sekalipun.

Palak memalak ini seringkali dibanggakan bahkan menjadi kebanggaan. Aneh bin ajaib berpesta di atas penderitaan. Korban pemalakan kebanyakan kaum rentan dan papa. Pemalak seakan tutup mata tak lagi merasa berdosa dalam hidupnya. Palak memalak seringkali justru diwajibkan bahkan semakin lama semakin berat. Pemalak bukan saja di jalanan, tetapi bisa juga yang kantoran. Suara sumbang tukang palak wani piro oleh piro.

Kaum pemalak tidak selamanya sangar, bahkan bisa lembut dan kasta tinggi. Senyuman dan keramahtamahannya mengandung economy effeck. Tidak ada makan siang yang gratis. Semua sudah ada label harganya. Sakit di pantat korban pemalakan malu berteriak karena butuh dan tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dan wajib mengiyakan. (Penulis adalah Dirkamsel Korlantas Polri)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *