oleh

PURNAMA PRAMBANAN ke- 65

Angin bertiup membawa nada
Melodi lembut menyusupi hati
Judul tembang itu enak terdengar di telinga

ilustrasi
ilustrasi

POSKOTA.CO – Diana dan adik- adiknya memeluk Mama dan Papanya bergantian. Sebuah pelukan hangat berbalut sejuknya angin pagi yang menerpa kulit mereka. Kabar yang membuat seorang anak jatuh dalam suka cita. Darasan doa untuk kebahagian mamanya di Bait Allah rupa-rupanya terdengar sampai Surga.

Keinginan Diana dan adik-adiknya dalam doa adalah agar mamanya berjalan di jalan yang lurus. Mata mereka tidak ingin melihat lagi mamanya keluar malam dan pulang pagi. Mereka simpan dalam diam kelakuan mamanya untuk kebaikan bersama. Mereka hanya berdoa dan tidak mengadukan apa yang dilihatnya kepada Papa Hary.

Hidup mengajarkan Diana banyak perkara dan itu sebuah buku yang tidak dipelajari di bangku sekolah. Diana memilih memperbaiki diri dan tidak menuntut ibunya menjadi baik. Diana memilih berdamai dengan Sang Pencipta terlebih dahulu sebelum berbicara tentang kedamaian kepada ibunya.

Diana remaja terkondisikan berpikir dewasa karena keadaan. Kehidupan yang keras membuat Dia matang sebelum musimnya tiba. Ia mengalami musim- musim yang sulit, kemarau panjang dan meletihkan sejak kecil.

Diana terbiasa mengalah dan dikalahkan oleh ibu sambung dan bapaknya. Diana sudah biasa menimba ketika ia belum punya payudara, ketika teman-teman sebayanya asyik bermain dengan bonekanya. Keadaan inilah menempa Diana dalam hidupannya. Ia menjelma menjadi remaja tangguh yang selalu ia balut keceriaan. Ia tidak cengeng seperti film drama remaja pada jamannya.

Diana bahagia ketika Papa Hary akan menikahi mamanya syah secara hukum negara dan agama. Ada asa disana untuk kehidupan rohani yang lebih baik untuk mama yang sangat dia cintai dan rindukan keberadaannya. Mama yang selama ini jiwanya berlayar ke laut hitam dan singgah di berbagai pelabuhan yang bernama laki-laki.

Alangkah jauh lebih indah melihat mamanya sholat dan Papa Hary menjadi imamnya di depannya. Diana ikhlas jika mamanya berbeda cara dengan dirinya kala ingin berbincang dengan Sang Pencipta. Dia hanya ingin kualitas hidup mamanya menjadi lebih baik di bawah arahan imamnya, Papa Hary!

” Kita harus rayakan kabar gembira ini dengan makan siang yang lezat ya pa”

Asih membuka suara begitu Papa Hary sekesai berbicara. Ajeng menimpali kata-kata adik bungsunya dengan,

” Huuu Asih yang dipikirin makan melulu. Pantes sekarang kamu gendut, makan melulu sih”

” Kan selama ada Kakak Diana, Asih diurusin dan dimanjain. Belum lagi kalau mama masak, pasti Asih makannya nambah melulu”

Papa Hary mengiyakan ajakan Asih untuk makan siang istimewa. Kegembiraan ini memang pantas dirayakan dan syukuri. Binar mata istrinya terpancar ke seluruh sudut hati anak-anaknya. Sebuah kebahagian yang ditunggu lama oleh Diana.

(Bersambung By : Wita Lexia
)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *