oleh

PURNAMA PRAMBANAN Bagian ke-17

Senyum manja Wita penulis kisah
Senyum manja Wita penulis kisah

POSKOTA.CO – Semalam sepulang dari Kaliurang aku mencoba istirahat dan tidur setelah merampungkan PR. Entah kenapa mataku terpejam tetapi aku tak bisa tidur. Diana…wangi rambutmu rasanya masih ada di hidungku. Bayang-bayang senyum mu tak mau beranjak dari ruang batinku. Bahkan hangat tubuhmu rasanya masih melekat di kulitku.

Aku tak sabar menanti hadirnya pagi, aku ingin mentari pagi segera mengakhiri gelapnya malam. Diana aku ingin segera bertemu dengan mu kembali. Merajut benang-benang cinta agar menjadi sesuatu yang indah dan berguna.

Diana, setiap pagi aku akan menjemputmu di pertigaan jalan dekat jembatan Sayidan. Walau sebenarnya aku lebih suka menjemput mu di rumahmu. Aku akan menuruti kemauan mu untuk tidak menjemput mu di rumah mu.
Siapa yang pulang duluan tolong menunggu di warung pojok di tikungan jalan, depan sekolah….kita akan selalu bertemu disitu sepulang sekolah. Sampai nanti siang yaaa

Kekasihmu,
Bayu

Diana sedikit berdebar-debar ketika membuka dan membaca surat Bayu. Waktu itu pas istirahat yang pertama, jam menunjuk pada angka 09. 15 pagi. Lama istitahat 15 menit sehingga mereka masuk kembali ke kelas pukul 09. 30. Susi dan Sam ada di samping kiri dan kanan Diana sewaktu surat itu dibaca. Ia tidak malu ketika sahabatnya ikut mengintip dan membaca surat cintanya.

Surat sederhana itu Diana lipat dan ia masukkan kembali ke amplopnya lalu ia masukkan ke tas sekolahnya. Susi dan Sam meledek Diana dengan kompak menyanyikan lagunya Eddy Silitonga ” Jatuh cinta sejuta rasanya, tertawa menangis amboy rasanya….”

Mereka bertiga akhirnya keluar kelas, menuju kantin yang terletak di belakang sekolah. Waktu istirahat tersisa hanya 10 menit. Mereka hanya bisa pesan minuman es teh manis dan perut mereka juga belum lapar. Susi dan Sam sering mentraktir Diana karena sahabatnya ini jarang di beri uang jajan oleh bapaknya. Tapi anak-anak remaja ini tidak terlalu banyak mengeluarkan uang kalau pas jajan.

Mereka punya kalkulator rusak…istilahnya. Atau kadang punya sakit lupa ingatan. Tahu isi atau tempe mendoan yang mereka makan 5 biji akan mereka hitung 3 biji. Krupuk 2 padahal 3 yang mereka makan. Belum lagi kalau pesan es jeruk dan bilang es teh manis kepada mbah Wongso yang punya kantin/warung. Ini kenakalan-kenakalan ciri khas anak muda/remaja yang biasanya akan disesali di kelak kemudian hari….apa lagi kalau mereka sudah jadi orang sukses.

Sambil minum es teh manis, Diana menceritakan tentang kejadian hari Senin kemarin. Perjalanan ke Bakso Telkom hingga Kaliurang ia ceritakan dengan “sumringah”…senyum yang senantiasa tersungging. Bertiga sekarang sudah sama, Susi, Sam dan Diana sudah merasakan apa itu ciuman…..bibir mereka sekarang sudah tidak perawan lagi, itu istilah mereka bertiga!

Hari Selasa kelas satu sampai kelas tiga, mata pelajaran hingga jam ke 7 alias penuh. Itu artinya mereka akan pulang jam 12.45. Diana ingin selalu bersama-sama Bayu, berjalan-jalan atau sekedar nongkrong di warung untuk mengobrol. Di satu sisi, dampak seharian pergi ke Kaliurang hingga sore adalah menumpuknya setrikaan di rumah!

Sesuai dengan kesepakatan di surat, Bayu dan Diana bertemu di warung pojok di depan sekolah.” Diana….kamu aku ajak sebentar ke rumahku ya” (Bersamvung..By : Wita Lexia )

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *