POSKOTA.CO – Diana sekarang punya seorang mama, sesuatu yang ingin dia kecap sejak lama. Ini bukan mimpi, ini bukan halusinasi….ini nyata. Banyak harapan bersama hadirnya seorang mama. Malam-malamnya yang dingin, kala perutnya mendendangkan lagu, cinta terkembang yang ingin ia ceritakan.
Pelukan mamanya pasti akan menghangatkannya.
Masakan dengan bumbu cinta mamanya tidak mungkin membiarkan perutnya berdendang.
Elusan lembut seorang mama kala ia bercerita tentang cinta.
Itulah mimpi dan khayal Diana sejak kecil hingga remaja. Yang ia labuhkan di pelabuhan yang keberadaannya tak diketahui orang. Senyum ceria adalah sandiwara yang ia perankan dengan baik dihadapan semua orang. Begitu keluar dari rumah, ia hapus jejak-jejak rasa yang bernama kepedihan!
Dahulu semua ia tepis jika khayal tentang sosok mama hadiri dirinya. Kalau sudah terlalu berat, Mbok Wongsolah yang membuatnya ringan. Tua dan kemiskinan justru membentuk Mbok Wongso tulus. Tak punya apa-apa tetapi Mbok Wongso merasa kaya…..dan dia salurkan rasa kaya itu kepada Diana momongannya.
” mama mau pergi sebentar, pulangnya agak malam ya….”
Setelah dering telpon di rumah tak ada jeda. Akhirnya Mama Retno harus pamit dan memenggal kerinduan Diana. Belum ada keberanian bertanya kepada sang mama hendak kemana dan bersama siapa. Semua keindahan seorang mama sedang penuhi pikir dan hati Diana.
Mamanya dijemput lelaki muda di ujung gang ketika Diana mengantar ibunya keluar rumah. Matanya tak sengaja melihat pemandangan itu karena harus menutup pintu gerbang. Pintu gerbang yang berat karena rodanya butuh minyak itu harus ia dorong dengan ke dua tangannya. Ia keluar pagar ketika pintu gerbang itu berat sewaktu di dorong. Tujuannya hendak memeriksa rel pintu, siapa tahu ada yang mengganjal hingga berat dan sedikit macet ketika di dirong
” Mama pergi kemana Jeng”
Akhirnya Diana bertanya kepada Ajeng adiknya. Mereka sedang bersantai sambil ngobrol di kamar tidur. Dengan nada datar dan pelan Ajeng menjawab pertanyaan Diana.
” Mbak….mama jarang di rumah. Tetapi kalau Papa Hari sedang disini biasanya mama banyak di rumah sih. Papa di rumah ini dari hari Senin sampai Rabu. Papa orangnya baik dan sayang sama kita-kita”
Diana tepis rasa yang mencoba menggoda meracuni kebahagiannya. Cerita adiknya tentang mama yang jarang di rumah membuat detak jantungnya berhenti sejenak lalu sejurus kemudian detak itu berubah kecepatannya. Akhirnya Ia alihkan topik pembicaraan tentang sekolah. Dimana sekolah yang yang akan mamanya daftarkan untuk dirinya, apa nama sekolahnya, jauh atau tidak.
” Naik apa kita nanti ke sekolah?”
Asih dan kakaknya berbarengan menjawab tetapi jawabannya berbeda.
Si Ajeng menjawab naik bajay sedang Asih memberi jawaban jalan kaki. Diana bingung…..(Bersambung – Wita Lexia )
Komentar