oleh

PERANGKAP TIKUS MALAH MENJADI SARANG TIKUS


Oleh: Brigjen Pol Dr Chryshnanda Dwilaksana MSi

TIKUS binatang mengerat yang merusak atau menggigiti apa saja membuat sarang dan menimbulkan efek aroma tak sedap dan menjadi berbagai sumber penyakit. Mungkin saja itulah yang dijadikan simbol koruptor. Tikus simbol koruptor memang berbeda dengan tikus-tikusnya Walt Disney yang sarat kreasi dan menghibur dengan berbagai peristiwanya. Tentu berbeda juga dengan Jerry tikus cerdik lawan si Tom kucing yang sering menjadi korbannya. Tikus simbol koruptor digambarkan tikus-tikus licik yang niat dari otak dan hatinya mengerat kekayaan bangsa, negara atau rakyatnya.

Korupsi ada setidaknya dikarenakan:

  1. Adanya kewenangan yang berkaitan dengan kebijakan publik dalm administrasi negara yang berhubungan atau ada konsekuensinya dengan implementasi dari kebijakan publik tersebut dalam memberikan berbagaim pelayanan publik.
  2. Dampak ekonomi atau economy effect dari implementasi dari kebijakan publik tersebut. Atau secara mudahnya bisa dikatakan kecipratan atau kebagian dari hasil implementasi tersebut.
  3. Karena sistem yang memberi peluang terjadinya penyalahgunaan atau penyimpangan.
    Terjadinya korupsi karena nawaitu atau niatnya memang sudah akan melakukan penjarahan atau penyimpangan dan karena adanya kesempatan. Korupsi tidak mungkin dinolkan, namun setidaknya dapat dimaksimalkan.

Meminimalisasi terjadinya korupsi atau memaksimalkan pengawasan dengan meminimalisasi kemungkinan kesempatan terjadinya korupsi adalah dengan sistem teknologi informasi, atau dengan sistem elektronik atau sistem online. Cara membangun sistem elektronik atau online meminimalisasi bertemunya person to person. Sistem online bisa membangun big data yang mampu membuat one gate service dengan pelayanan prima. Yaitu pelayanan yang cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif, dan mudah diakses.

Membangun sistem online atau sistem elektronik bukanlah hal mudah, kaum status quo kelompok zona nyaman akan terus menggerogoti dan bahkan berupaya menggagalkan. Selain itu malah mengundang kelompok-kelompok tikus membangun sarangnya pada program atau proyek pembangunan sistem elektronik tersebut menjadi ajang bancakan anggaran. Yang dimulai dengan program fiktif sampai membuat program-program mandul yang tidak dapat berfungsi atau menjadi mangkrak karena sekadar menyedot anggaran yang gila-gilaan. Memusingkan dan membingungkan apa yang mereka lakukan dari mengawal anggaran sampai pencairannya. Belum lagi sistem implementasinya yang saling memsubkan dan main con ke vendor-vendor yang belum tentu sejalan. Semua itu ada dan bisa berjalan dengan pembenaran-pembenaran para konsultan. Bahkan saling lempar tanggung jawab bila diaudit.

Membangun sistem-sistem elektronik identik dengan membahas barang yang berbau klenik, yang dianggap memiliki kesaktian, yang sulit dibuktikan atau tida dapat dilihat dengan kasat mata. Namun sebenarnya hal tersebut dapat dilihat dari sistem infografis yang merupakan gambaran data, yang dapat memprediksi antisipasi sebagai solusi. Sistem-sistem yang dibangun di era digital adalah dengan membangun back officeapplication dan network. Seringkali yang dibangun hanyalah sebatas aplikasi tanpa back office sehingga aplikasi seringkali tanpa kemampuan menghasilkan sistem-sistem data yang dilihat dalam sistem infografis. Ada juga yang membangun back office tanpa analitik sehingga bagai ayu ning kenthir. Banyak hal lagi sistem online yang tidak fungsional yang semestinya menjadi perangkap tikus, malah menjadi sarang tikus.

Incaran para tikus di era digital adalah pada proyek-proyek IT yang memang sengaja dijadikan penjarahan dan bagi-bagi jarahan. Nawaitu-nya bukan membangun antikorupsi. Semua itu terus berjalan mulus darir tahun ke tahun karena prinsip terjadinya korupsi memang ada semua dan sistem yang memberi peluang bagi para tikus membangun sarangnya. Niat dan kesempatan untuk membangun sarang ini mengaburkan bahkan membuat ruwet mbulet dari political will sampai backing membackingi yang tekan menekannya sangat kuat sehingga konsep atau yang baik dan benar pun bisa disingkirkan. Kubu-kubu beradu dan saling menggerogoti bagai kaum balung kere saling serang hujat tanpa solusi. Tikus selain licik dan cerdik juga pengadu domba yang bisa membuat keruh suasana dan ia bisa langgeng membangun sarangnya hingga beranak-pinak di proyek-proyek perangkap tikus dengan aman dan nyaman. (Penulis adalah Dirkamsel Korlantas Polri)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *