oleh

Kisah Sopir Ambulans RSUD Adjie Dharmo Alami Hal Aneh dan Bikin Bulu Kuduk Merinding

POSKOTA.CO – Ini kisah nyata alias bukan fiksi, dan peristiwa ini dikisahkannya sendiri oleh sopir ambulans adangan bernama Sutisna, warga Kampung Cibuah, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten.

Sutisna menceritakan kisah dan pengalamannya selama menjadi sopir ambulans cadangan, di sela menunggu hujan reda ketika ia sedang libur, dan bertemu dengan POSKOTA.co, di sebuah warung kopi, Minggu (1/3/2020).

Ia mengaku sudah tak kaget lagi, bila sehabis mengantar jenazah dari suatu tempat yang cukup jauh dengan mobil ambulans, dan mengendarainya sendirian tanpa ditemani pegawai lainnya.
Kemudian ketika di tengah perjalanan di tempat yang sunyi, terkadang saat melintasi hutan lebat, tiba-tiba saja keranda mayat yang telah kosong tak berisi jenazah tersebut, di dalam ambulans bagian belakang terdengar ‘gulutrak-gulutrak’ seolah ‘menari-nari’ sendiri. Padahal jalan yang sedang dilalui pun tidak berbatu ataupun berlubang, dengan kata lain ke empat roda mobilnya sedang melintasi jalan transportasi beraspal mulus.

Sejenak ia hentikan laju kendaraannya, kemudian ditengoklah ke bagian belakang ruang ambulans tersebut. Anehnya, keranda mayat itu tetap saja bergerak-gerak dengan sendirinya. Lalu setelah dirinya membaca doa dan beberapa ayat suci Al-quran, sontak tiba-tiba keranda mayat tersebut berhenti. Selanjutnya ia menghidupkan lagi mesin mobil ambulansnya, kemudian melaju lagi hingga kembali ke RSUD Adjie Dharmo yang tak jauh lokasinya dari Alun-Alun Kota Rangkasbitung.

“Yang lebih aneh lagi, sering saya dapati saat mobil ambulans yang saya kendarai itu, tiba-tiba kaca jendelanya turun, dan sejurus kemudian naik menutup jendela mobil kembali, atau bergerak secara otomatis. Padahal tombolnya nggak saya tekan,” terangnya.

Masih kata dia, awalnya ia melamar kerja sebagai TKS (Tenaga Kerja Sukarela) pada Dinas Perhubungan Kabupaten Lebak yang ada di Rangkasbitung pada tahun 2011. Akan tetapi pada 2018, ia diminta pihak RSUD Adjie Dharmo untuk membantu perparkiran, dan sesekali sering dijadikan sebagai sopir ambulans cadangan pada saat sopir batangannya lagi libur.

Sementara pada saat itu ada orang yang meninggal dunia, yang selanjutnya oleh pihak keluarga si mayat tersebut, minta diantarkan oleh pihak rumah sakit hingga ke rumah keluarga mayat, baik yang berjarak dekat hingga yang berjarak ratusan kilometer dari pusat kota kabupaten, seperti Kecamatan Malingping, Bayah, Cibareno, bahkan pernah ke suatu tempat yang berbatasan antara Palabuanratu Sukabumi dengan Kabupaten Lebak.

Berbagai hal aneh sering dirinya temui dan alami. Bahkan pada suatu malam, setelah ia mengirim jenazah dari wilayah perbatasan Palabuhanratu saat kembali ke arah Rangkasbitung, namun untuk mencapai ke kota kabupaten masih ratusan kilometer, tepatnya sekitar wilayah Cilograng. Pada malam itu kebetulan malam Jumat, dan tidak ditemani petugas lainnya alias sendirian saja. Mobil ambulans yang sedang dikendarai Sutisna, tiba-tiba kaca jendelanya terbuka secara otomatis, padahal ia tak menekan tombolnya.

Sejurus dari arah sebelah kiri mobil ada bayangan putih melintasi dan menyeberang mobil yang dikendarainya. Kemudian nampak di sebelah kanan sosok wanita bermuka menyeramkan dengan rambut terurai memandanginya, sambil menangis terdengar pilu. Namun Sutisna, malah menghentikan kendaraannya, lalu turun dari ambulans seraya mendekati perempuan misterius tersebut sambil membaca Ayat Kursi. Tiba-tiba saja makhluk tersebut melesat ke udara sambil cekikikan, kemudian lenyap menghilang di kegelapan malam. Selanjutnya dengan tenang Sutisna menghidupkan kembali mesin mobil ambulance nya dan melaju hingga selamat kembali sampai RSUD Adjie Dharmo Rangkasbitung.

“Tapi saya tidak takut, karena saya hanya merasa takut pada Allah, dan hanya kepada-Nnya lah saya beribadah, serta memohon perlindungan dan pertolongan. Walau gaji yang saya dapat tidak seberapa, akan tetapi saya tetap mensyukurinya, karena paling tidak saya setiap hari bisa makan dan menghidupi keluarga saya, meski pas-pasan,” ujar Sutisna sambil nyeruput kopinya yang mulai dingin.

Profesi sebagai Pegawai Harian Lepas (PHL) di RSUD Adjie Dharmo ini tetap dia geluti hingga kini. “Sebab pada saat ini mencari pekerjaan itu sulit,” pungkas Sutisna. (asepwe)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *